HIDUPKATOLIK.COM – DALAM logo dan semboyan Serviam, Ursulin menuangkan secara padat, singkat, dan jelas tentang arah dan tujuan pendidikan. Maka penghayatan yang mendalam ini harus diterapkan dalam seluruh kehidupan pribadai para suster, pendidik, peserta didik, serta alumni sekolah-sekolah Ursulin.
Dalam Serviam, ada enam nilai dasar yang dijadikan pokok dan pedoman pendidikan, baik akademis maupun nonakademis. Keenam nilai itu menjadi core values pendidikan Serviam. Nilai-nilai itu adalah, cinta kasih; integritas; keberanian-ketangguhan; semangat persatuan (insieme); semangat kesungguhan (totalitas); dan semangat pelayanan.
Pertanyaannya mengapa bidang pendidikan? Pendidikan seakan menjadi “kaul keempat” bagi para Ursulin. St. Angela punya perhatian khusus kepada anak-anak gadis di masa itu yang rentan terhadap berbagai ancaman. Maka Angela fokus kepada pendidikan karena itu menjadi kebutuhan. Ursulin di Abad Pertengahan sebenarnya bukan pendidikan formal tetapi lebih soal pendidikan nonformal. Ursulin datang ke Indonesia karena kebutuhan dan keprihatinan akan dunia pendidikan yang sama seperti di Sittard, Belanda. Banyak anak muda khususnya kaum putri belum memiliki akses pendidikan yang layak.
Karya di Indonesia bisa berjalan sejauh ini sampai 165 tahun sudah pasti karena kekuatan doa banyak orang. Semangat persatuan dengan Yesus yang begitu erat membuat karya-karya ini bisa bertahan terus melewati berbagai zaman. Kekuatan doa yang menguatkan banyak orang untuk tetap membaca tanda-tanda zaman saat ini, termasuk menghadapi pandemi Covid-19. Tidak mudah membentangkan sayap pelayanan, karena ada saja ragam tantangan. Meski pemerintah sempat menutup Sekolah Pendidikan Guru, tetapi Ursulin terus berkarya dengan mengembangkan pendidikan di bidang yang lain. Hasilnya kini berdiri TK-SMK. Khusus SMK yang dahulu hanya dua bidang saja, kini sudah menjadi empat bidang. Tahun 2016 Ursulin membuka Jurusan Multimedia, dan tahun 2018 lahir lagi Jurusan Perhotelan.
Lagi-lagi yang menguatkan adalah Serviam baik suster, guru, murid, dan tenaga kependidikan lainnya. Semangat mendidik harus didasarkan pada semangat mengabdi, melihat anak didik sebagai karunia Tuhan. Tidak membeda-bedakan dan semua harus mengenyam pendidikan yang sama. Wujud konkretnya, tahun 2016 ada rekonfigurasi yayasan. Yayasan yang tersebar di seluruh Indonesia ini kini memiliki Pusat Pendidikan Yayasan tersendiri. Tujuannya agar tidak berbeda mutu pendidikan Ursulin dari pusat hingga daerah-daerah. Sama-sama harus berkembang dan tidak ada yang dibiarkan terbelakang dalam dunia pendidikan.
Maka semangat insieme (kebersamaan) dari setiap unit. Semua unit persekolahan harus bersama-sama bertanggung jawab terhadap pengembangan sekolah ini. Dari kebersamaan ini, diharapkan lahir relationship antara guru dan orangtua, yayasan dan guru, dan semua kompenan dalam sekolah Santa Maria.
Memang disadari saat ini, sekolah sedang berada dalam ragam tantangan. Paling utama adalah terjadi persaingan antarsekolah yang kian melejit. Maka yayasan terus meningkatkan mutu tenaga kependidikan dan mengembangan Sumber Daya Manusia para pendidik lewat berbagai macam cara.
Saat ini, Kampus Santa Maria memiliki moto yaitu “Sociopreneur, Cerdas, Mandiri, Penuh Kasih”. Sociopreneur dalam kaitan dengan enterpreneurship. Sociopreneur berarti para subyek bina diharapkan menjadi seorang wirausaha dengan menciptakan dampak sosial bagi masyarakat. Cerdas-mandiri karena tidak saja pembentukan karakter yang ditekankan di persekolahan, tetapi juga pribadi-pribadi yang cerdas memanfaatkan peluang, harus kritis dan inovatif. Mandiri dalam melakukan sesuatu, tidak tergantung pada orang lain. Sementara penuh kasih, setiap orang harus mengembangkan semangat belarasa kepada sesama, khususnya yang menderita.
Yusti H. Wuarmanuk
(HIDUP, Edisi No.9/28 Februari 2021)