HIDUPKATOLIK.com – ; Dan. 3:25, 34-43; Mzm. 25:4bc-5ab, 6-7bc, 8-9; Mat. 18:21-35
BERTANYA berapa kali harus mengampuni, bagaikan bertanya berapa kali saya harus bernafas, mengapa? Cinta dan pengampunan bukan program insidental tetapi cara hidup, sebuah lorong yang harus ditempuh setiap hari oleh setiap pengikut Kristus. Ujian seorang Kristiani bukanlah seberapa aktif ia terlibat dalam pelayanan, atau seberapa banyak ia berpartisipasi dalam pembangunan Gereja.
Menjadi murid Kristus adalah menjadi pribadi yang sadar akan kerapuhan diri, selalu membutuhkan belas kasih dan pengampunan Allah. Jika tidak demikian, kita mudah putus asa terhadap aneka kelemahan dan kesalahan. Begitu juga orang lain, yang terus berjuang mengatasi kelemahannya. Seberapa banyak saya ingin dimaafkan, sebanyak itu juga saya perlu mencinta dan memaafkan.
“Tak terukur kasih-Mu Yesus, Kau t’lah mati gantikan diriku….” Itu penggalan sebuah lagu favorit almarhum Ibu saya, yang ia nyanyikan setiap hendak berdoa pribadi, sambil berlutut di depan meja kecil dengan lilin dan salib Kristus. Itu juga yang telah dijalankan olehnya, ia memberi maaf tanpa bisa dihitung kepada ayah saya, yang telah melukainya tanpa terhitung. Takaran pengampunan adalah mengampuni tanpa takaran
Monica Maria Meifung, Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta