HIDUPKATOLIK.com – Mi. 7:14-15, 18-20; Mzm. 103:1-2, 3-4, 9-10, 11-12; Luk. 15:1-3, 11-32
“TO err is human, to forgive is divine”, satu kalimat singkat yang pernah saya baca waktu
SMA masih melekat dalam benakku sampai saat ini. Dalam kelemahan manusiawi, sangat
mudah orang jatuh dalam kesalahan, dosa, pertengkaran, kesombongan, dan aneka dosa
kecil-besar lainnya. Nabi Mikha mengajak pendengarnya untuk menyadari kelemahan dan berani mengakuinya dengan tulus. Allah yang Mahakasih pasti akan mengampuni, karena Ia selalu setia kepada janji-Nya.
Pastilah si bapak yang menunggu anaknya yang bungsu di depan pintu setiap hari memiliki sifat ilahi dari Allah, sehingga ia mampu mengampuni anaknya yang sudah durhaka itu. Tidak penting lagi menghitung setiap kesalahan anaknya. Yang lebih penting ialah anaknya mau kembali, bertobat, sehingga bisa menerima warisan harta rohani yang penting, pengampunan dalam kasih.
Memang tidak mudah mengampuni, apalagi kalau kita merasa diri benar, baik. Kita bisa jadi anak sulung yang merasa berhak mengadili dan menghakimi si adik yang berdosa. Namun, Allah lebih suka melihat kita melihat hal yang lebih hakiki dalam hidup: kasih yang berani mengampuni kesalahan orang lain. Kasih seperti ini bukan datang dari kesanggupan
diri, melainkan berasal dari kasih Allah sendiri. Karena itu, untuk menjadi bapak yang pemaaf kita harus menjadikan diri kita anak yang taat kepada Allah Bapa yang penuh kasih.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap Dosen Kitab Suci STT Pastor Bonus, Pontianak, Kalimantan Barat.
