HIDUPKATOLIK.com – Yes. 1:10, 16-20; Mzm. 50:8-9, 16bc-17, 21, 23; Mat. 23:1-12
SIAPA yang berada pada posisi yang lebih kuat (entah dalam status sosial, harta atau kuasa) berada dalam bahaya menyalahgunakan posisinya terhadap yang lebih lemah. Pedagang menipu pembeli, penguasa menindas rakyat biasa, bangsawan merendahkan rakyat jelata, bahkan imam pun bisa memeras umatnya. Itulah yang membuat Nabi Yesaya
mengecam kenyataan di Kerajaan Utara. Ketidaksetaraan posisi mengakibatkan ketidakadilan di mana-mana dalam segala lapisan masyarakat. Walaupun demikian, kecaman Yesaya berisi undangan untuk bertobat.
Masalah teladan hidup juga muncul waktu Yesus berkarya. Para imam dan ahli Taurat jago mengajar, namun gagap dalam menerapkannya pada diri mereka sendiri. Teori banyak yang indah, praktiknya minim sekali, kalau tidak mau disebut nol besar. Pada akhirnya, jabatan manusiawi entah itu jabatan politis maupun rohani, tidak dengan sendirinya membawa kewibawaan dan karisma yang otentik. Hanya Tuhan Allahlah asal segala wibawa, kuasa yang benar dan penghormatan sejati.
Kita diajak untuk menjadi manusia
seimbang, baik dalam kata maupun dalam karya. Apa yang kita lakukan, lahir dari hati
yang benar. Jabatan, kuasa dan harta bagi kita seharusnya sarana untuk melayani, bukan menindas. Masih belum terlambat untuk bertobat dari ketidakadilan hidup kita.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap Dosen Kitab Suci STT Pastor Bonus, Pontianak, Kalimantan Barat.