HIDUPKATOLIK.COM— Prapaskah adalah waktu untuk berharap meski ada ketidakpastian, dan untuk merawat mereka yang menderita atau merasa ditinggalkan serta ketakutan karena pandemi COVID-19, sebut Paus Fransiskus dalam Pesannya untuk Masa Prapaskah 2021.
“Cinta adalah anugerah yang memberi makna pada hidup kita,” tulis Bapa Suci melansir Cruxnow, 12/2. “Prapaskah memungkinkan kita untuk memandang mereka yang membutuhkan sebagai anggota keluarga kita sendiri, sebagai teman, saudara atau saudari. Jumlah kecil, jika diberikan dengan cinta, tidak pernah berakhir, tetapi menjadi sumber kehidupan dan kebahagiaan.”
Selama masa pertobatan yang mencakup misteri sengsara, kematian dan kebangkitan Kristus, tulis Paus, umat Kristiani dipanggil untuk berpuasa, berdoa dan bersedekah, seperti yang diberitakan oleh Yesus. “Jalan kemiskinan dan penyangkalan diri (puasa), kepedulian dan kasih sayang bagi yang miskin (sedekah), dan dialog seperti anak kecil dengan Bapa (doa) memungkinkan kita untuk menjalani kehidupan dengan iman yang tulus, pengharapan yang hidup dan kasih amal yang efektif. “Pertobatan memungkinkan itu dan membantu memperbarui iman”, ungkap Paus.
Dalam pesannya, Paus Fransiskus mengatakan bahwa masa Prapaskah berarti menerima dan menghayati kebenaran yang diungkapkan dalam Kristus. Pertama dengan membuka hati pada perkataannya, yang diteruskan Gereja dari generasi ke generasi.
Kebenaran yang diucapkan Gereja, katanya, bukanlah konsep abstrak yang diperuntukkan bagi beberapa orang terpilih yang cerdas, tetapi pesan yang kita semua dapat terima dan pahami berkat kebijaksanaan hati yang terbuka untuk keagungan Tuhan, yang mencintai kita bahkan sebelum kita menyadarinya.
“Kristus sendiri adalah kebenaran itu,” katanya. “Dengan mengambil kemanusiaan kita, bahkan sampai pada batasnya, Dia telah menjadikan diri-Nya jalan – menuntut, namun terbuka untuk semua – yang menuntun pada kepenuhan hidup.”
Puasa melibatkan pembebasan dari semua yang membebani kita, sebut Bapa Suci, seperti konsumerisme atau kelebihan informasi, apakah benar atau salah. Ketika dialami sebagai bentuk penyangkalan diri, jelasnya, puasa membantu mereka yang melakukannya menemukan kembali anugerah Tuhan dan untuk menyadari bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya. Dengan demikian, kita menemukan pemenuhan kita di dalam diri-Nya.
“Dalam merangkul pengalaman kemiskinan, mereka yang berpuasa menjadikan dirinya miskin bersama orang miskin dan mengumpulkan harta karun cinta yang diterima dan dibagikan,” ujarnya. “Dengan cara ini, puasa membantu kita untuk mencintai Tuhan dan sesama kita.”
Paus Fransiskus juga mengatakan bahwa di masa-masa sulit ini, ketika segala sesuatu tampak rapuh dan tidak pasti, harapan mungkin tampak menantang. Namun, menurutnya, Masa Prapaskah adalah masa pengharapan, karena kita kembali kepada Tuhan yang dengan sabar terus menjaga ciptaan-Nya yang selama ini sering kita perlakukan dengan tidak benar.
Mengutip dari ensiklik terbarunya, Fratelli Tutti, yang diterbitkan Oktober lalu, Paus Fransiskus meminta umat Kristiani untuk semakin peduli dengan mengucapkan kata-kata penghiburan, kekuatan, dan dorongan, dan bukan kata-kata yang merendahkan, menyedihkan, mengandung amarah atau menunjukkan cibiran selama masa Prapaskah. Untuk memberi harapan kepada orang lain, kadang cukup menunjukkan ketertarikan atau tersenyum, sebutnya.
Terakhir, Paus mencatat bahwa cinta, ketika itu membutuhkan mengikuti jejak Kristus dalam peduli dan berbelas kasih dengan semua, adalah ekspresi harapan tertinggi. “Cinta bersukacita saat melihat orang lain bertumbuh,” ungkapnya. “Karena itu, ia menderita ketika orang lain menderita, kesepian, sakit, tunawisma, dihina atau membutuhkan. Cinta adalah lompatan hati; Cinta membawa kita keluar dari diri kita sendiri dan menciptakan ikatan berbagi dan persekutuan.”
Felicia Permata Hanggu