HIDUPKATOLIK.COM – UNTUK dapat memahami iman Santo Yesef, perlu mengenal dan menghayati relasi dengan Yesus bahwa Ia adalah Kristus. Kita mengakui kebenaran Wahyu Ilahi dalam diri Kristus. Kita percaya bahwa Yesuslah mesias, Anak Allah, dan karena percaya, kita beroleh hidup dalam nama-Nya (Yoh. 20:31; Rom. 10:9). Dengan perantaraan Kristus, kita mempercayakan masa depan kita kepada Allah. Tentunya kita yakin, “iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dapat dilihat” (Ibr. 11:1).
Selain itu untuk mengenal Santo Yosef, kita pun harus mengenal, memahami betapa mendalam iman Santa Perawan Maria. Mengapa? Konsili Vatikan II menyatakan: “… sementara menguraikan ajaran tentang Gereja, tempat Penebus Ilahi melaksanakan penyelamatan, Konsili Suci hendak menjelaskan dengan cermat baik peran Santa Perawan Maria dalam misteri Sabda yang menjelma serta Tubuh Mistik-Nya, maupun tugas kewajiban mereka yang sudah ditebus terhadap Bunda Allah, Bunda Kristus dan Bunda orang-orang terutama tang beriman … Maria dalam Gereja Kudus menduduki tempat paling luhur sesudah Kristus dan paling dekat dengan kita” (LG, 54).
Dengan merenungkan karya Yesus, pewartaan sengsara, kematiaan dan kebangkitan-Nya, kita boleh memahami kisah Santo Yosef dalam Injil masa kanak-kanak Yesus menurut Matius dan Lukas. Dengan latar belakang devosi kepada Santa Maria sejak abad ketiga dan abad keempat, barulah kita memahami devosi dan penghormatan kepada Santo Yosef pada umumnya sejak abad ke-15. Santa Maria mendapingi Yesus sejak lahir, seumur hidup, mengikuti sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Santo Yosef menurut legenda meninggal sebelum Pesta Perkawinan di Kana, yang merupakan awal kegiatan Yesus. Dalam iman, orang kristiani percaya bahwa Santo Yosef dengan bahagia didampingi Yesus dan Santa Maria yang berdoa, menghiburnya pada saat-saat terakhir sebelum meninggal.
Dari Injil Kisah Kanak-kanak Yesus (Mateus dan Lukas) kita dapat belajar keutamaan Santo Yosef, yaitu “iman, dengan mana Yosef menerima sepenuh rencana keselamatan Allah; ketaatan yang tekun dan tenang kepada kehendak-Nya; cinta dan kepatuhannya kepada Taurat; kesalehannya yang tulus; keteguhan hatinya dalam menghadapi cobaan; kasihnya yang murni kepada Santa Perawan Maria, tanggung jawab dalam mengamalkan tugasnya sebagai ayah” (Direktorium, No. 219).
Dalam masa kini teladan Santo Yosef secara khusus lebih diperlukan bagi suami dan ayah dalam keluarga. Ayah selalu berada dalam lingkaran kebersamaan keluarga. Ia tidak membeda-bedakan kasih sayang kepada anak-anaknya. Ia berusaha mendengar dan menghargai pendapat istri dan anak-anak, menerima kelebihan dan kekurangan. Sebagai ayah bersama istri dan anak-anak menghayati suka-duka kehidupan, untung dan malang, setia dalam sehat dan sakit. Ayah menjadi idola bagi istri dan anak-anak. Mereka bersama meneladani hidup keluarga Nazaret. Paus Fransiskus menyatakan: “Figur bapak, di sisi lain, membantu anak untuk memahami batas-batas realitas, dan lebih dicirikan oleh orientasi, menuju ke dunia luar yang lebih luas dan menantang, mengajak untuk berusaha dan berjuang” (Amoris Laetitia, No. 175).
Dalam Liturgi, Hari Raya Santo Yosef dirayakan 19 Maret dan 1 Mei sebagai pelindung para pekerja. Nama Santo Yosef disebutkan dalam Doa Syukur Agung, setelah Santa Perawan Maria, disusul para rasul dan martir. Di tahun 1870, Paus Pius IX memaklumkan Santo Yosef sebagai pelindung seluruh Gereja. Ketika Liturgi Baptis malam Paskah, nama Santo Yosef disebut dalam Litani Orang Kudus, setelah Yohanes Pembaptis disusul Santo Petrus dan Paulus. Sejak abad ke-17, hari Rabu dikhususkan sebagai hari devosi kepada Santo Yosef. Dalam tradisi Kristiani, Santo Yosef menjadi pelindung orang yang berada pada saat-saat menjelang kematian agar siap diterima Tuhan. Ketika merayakan Ekaristi 19 Maret, Antifon Pembuka “Dialah pengurus rumah yang setia dan bijaksana, yang diangkat Tuhan menjadi kepala atas semua hamba-Nya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya”. Bacaan Injil dari Meteus 1:16.18-21.24a : “Yosef berbuat apa yang diperintahkan malaikan Tuhan.
Menghayati iman bahwa Yesus adalah Tuhan dan Penyelamat, dasar untuk memahami iman teguh Santo Yosef dalam Keluarga Kudus Nazaret.
Romo Jacobus Tarigan, Dosen Unika Atma Jaya, dan Kepala Paroki Kristus Raja, Pejompongan, Jakarta