HIDUPKATOLIK.COM – ANIS, begitu sapaan akrab Fernisia R. Winnerdy, menarik napas sambil memejamkan mata sejenak. Bibirnya yang tipis mengembang sedikit, tersenyum manis menandakan rasa lega. Betapa tidak, ia sukses memimpin sebuah seminar virtual bertajuk ”Sang Arsitek dan Arsitektur yang Melayani”, beberapa waktu lalu.
Yang dimaksud dengan “Sang Arsitek” di sini adalah Bianpoen atau Liem Bian Poen, kelahiran Mojokerto, Jawa Timur, 21 Februari 1930, dan meninggal di Jakarta, 1 September 2020. Semasa hidupnya Bianpoen melahirkan beberapa mahakarya yang dikagumi komunitas arsitektur di tanah air.
Seminar hari itu tentang arsitektur karya Bianpoen yaitu Gereja Santo Kristoforus, Grogol, Keuskupan Agung Jakarta. Rancangan bangun gerejanya unik, dari luar tampak atapnya bagaikan lipatan penutup sebuah kemah. Dari dalam, terlihat ‘anyaman’ kawat besi di langit-langitnya seperti jala untuk menangkap ikan. Sebatang tonggak besar menjulang tinggi di bagian depan seperti tiang haluan perahu. Tidak ada tiang penyangga lain di dalam gereja, memberikan keleluasan bagi mata umat untuk melihat tabernakel dan altar di depan tanpa halangan.
Seminar itu dipersiapkan selama beberapa minggu, melibatkan dosen, alumni, dan mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang. Ada yang bertugas membuat video dokumenter gereja sebagai pembuka seminar. Ada juga yang melakukan siaran tur virtual dari dalam lokasi. Namun Anis, beberapa narasumber, dan ratusan peserta mengikutinya melalui aplikasi zoom dari tempat masing-masing. Anis adalah dosen sekaligus Koordinator Kemahasiswaan dan Alumni Arsitektur UPH.
Kelahiran Jakarta tahun 1990 ini adalah Sarjana Arsitektur lulusan UPH tahun 2012. Seminar tadi untuk mengenang Bianpoen yang pernah mengajar di UPH. Anis sudah mengagumi arsitektur Gereja Santo Kristoforus sejak kecil, karena keluarganya adalah umat di paroki ini.
Menurut Anis, Gereja Santo Kristoforus bukan hanya tempat berteduh atau untuk menampung umat dalam merayakan Ekaristi. Lebih dari itu adalah bentuk nyata dari rasa syukur, ide, dan kerja keras yang arsitek Bianpoen persembahkan untuk Tuhan, umat, dan masyarakat Indonesia, bahkan dunia.
Pendidikan Anis semasa TK-SD ditempuh di sekolah Santa Maria, dilanjutkan ke SMP-SMA Santa Ursula, Jakarta. Selama 14 tahun, ia selalu menggunakan seragam, yang di kiri kerah baju tersemat lambang “serviam” atau “aku mengabdi”. Setelah lulus dari UPH, ia ke London, Inggris, untuk meraih gelar Master of Art dalam Sejarah Arsitektur di University College, 2015-2016.
Kini ia menikmati panggilan hidupnya sebagai arsitek profesional, ilmuwan, dan akademisi. Bekerja bersama rekan-rekan muda di kampus, membuat Anis bersemangat karena mendapatkan energi baru dan melihat harapan masa depan. Saat berbicang dengan para senior, membuatnya senantiasa belajar.
Pelajaran menggambar yang paling mengesankan bagi Anis adalah saat berada di bawah bayang-bayang pohon. Sepertinya itulah pertama kali ia merasa melihat keindahan. Entah kenapa, pemandangan sehari-hari yang biasa itu terekam slow motion dalam ingatan Anis, seperti di dalam film.
Rasanya seperti Samuel yang dipanggil Tuhan. “Sejak saat itu saya selalu ingin sekali membagikan pengalaman akan keindahan kepada lebih banyak orang,” kata Anis yang tetap berpegang teguh dengan semangat “serviam” yang dipakainya sejak sekolah dulu.
Cosmas Christanmas, Kontributor