web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

JODOH

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – “BERJUMPA adalah jodoh,” selalu dikatakan oleh seorang teman yang saya kenal baik sejak SMA dulu. Maksudnya hanya kepada orang yang berjodohlah maka ada ‘perjumpaan’. Banyak yang janji untuk berjumpa tetapi tak pernah kesampaian. Orang kini memang bisa saling berjumpa menggunakan media komunikasi virtual, namun tidak semua bersempatan untuk copy darat. Apalagi pada masa pandemi Covid-19 sekarang ini. Namun banyak perjumpaan yang bermakna justru terjadi pada tempat, waktu, dan cara yang di luar dugaan, tanpa janjian.

“Dan karena itu setiap perjumpaan harus dirayakan,” demikian kata teman saya tadi melanjutkan. Dirayakan dengan secangkir minuman, makan bersama, ngobrol ngalor-ngidul. Dan jangan lupa dengan cara kekinian yaitu foto-foto aneka gaya untuk ditayangkan di media sosial. Semua orang perlu diberi tahu dan ikut tahu. Kalau perjumpaannya tidak direncanakan, maka tanpa dress code, gaya rambut, atau warna sepatu yang sama. Pokoknya alamiah dan dijamin pasti mengagetkan.

Dalam banyak hal, orang yang telah lama ‘mencari-cari’ itu, sering kali tidak pernah menemukan apapun karena tidak ‘berasa’ (peka) telah berjumpa dengan siapa, di mana, dan kapan. Tetapi sebaliknya, ada saja yang menemukan mutiara paling berharga dalam hidupnya, justru tidak pada saat dia sedang mencari. Yang berharga itu misalnya persahabatan yang tulus, nilai-nilai kemanusiaan, dsb.

“Oleh karena itu janganlah pernah menyia-nyiakan perjumpaan,” sekali lagi teman saya menambahkan pesan kebajikannya. Kita tidak pernah tahu rencana Tuhan, bila sebuah perjumpaan remeh-temeh hari ini, justru akan menjadi sangat berarti di kemudian hari. Terutama kalau kita bisa menjadi teman baiknya secara tulus ketika dia masih dianggap bukan siapa-siapa. Banyak yang ingat kebaikan teman lamanya, diajak ikut menikmati berkat ketika dirinya sudah menjadi orang penting atau berkecukupan.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Dalam kehidupan berkeluarga, banyak orang yang berjodoh itu awalnya berjumpa tanpa direncanakan. Ketika sama-sama berteduh dari hujan di sebuah halte bis kota, misalnya, berbagi pakai sebuah payung yang sudah tak sempurna bentuknya. Sepasang laki-laki dan perempuan itu bersentuhan tangan ketika memegang gagang payung itu. Sorot matanya saling memandang pada detik yang sama, menggetarkan hati untuk saling berbalas senyum. Dari situ cerita berlanjut dan seterusnya menjadi cinta yang abadi. Dan masih banyak lagi rupa-rupa kisah cinta yang awalnya tanpa direncanakan itu.

“Temukanlah dahulu segala sesuatu yang ada di dalam dirimu sendiri, sebelum mencari-cari yang kamu sendiri tidak tahu,” sekali ini teman baik saya tadi mulai mengingatkan. Kita semua suka dan terbiasa mengukur diri dengan membanding-bandingkan, ingin seperti ini itu atau mencontoh orang lain. Padahal setiap orang sudah ditakdirkan mempunyai jodohnya masing-masing. “Sekali pun lahir dari rahim ibu yang sama, dan makan nasi dari periuk yang sama, setiap orang adalah khas walaupun kembar,” saya jadi ingat kata-kata ibunda sendiri yang pernah melahirkan 2 laki-laki kembar.

Maksud beliau adalah, dalam perkara kehidupan, setiap orang mempunyai jodohnya masing-masing. Ada yang berjodoh duluan, ada yang belakangan, bahkan tidak pernah sama sekali. Ada yang bahagia dengan jodohnya, ada pula yang jodohnya berantakan. Ada yang berulang kali mendapat jodoh, ada yang berat jodoh. “Tuhan itu sangat tidak adil,” kata teman lain yang berat jodoh. “Tuhan telalu mudah kasih saya jodoh,” kata seorang lagi yang terpaksa harus berganti jodoh karena ketidakcocokan. Ada yang menghibur diri dengan mengatakan, “ah itu bukan jodoh saya”. Itulah pengalaman seorang teman SMA yang tak berani ‘menembak’ dambaannya, sampai terungkap di reuni kemudian hari.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Dalam hidup ini, ada orang yang melakukan apa saja untuk mewujudkan jodoh yang diimpikannya. Ada juga yang menikmati jodohnya yang mengalir dari waktu ke waktu, tanpa beban target. “Setiap orang sudah ada jodohnya masing-masing”. Meskipun demikian, ada saja yang berusaha menolak jodoh, ada pula yang setia merawat jodoh dengan segala cara. Jodoh yang indah memang terbentuk sejak pandangan pertama. Tetapi jodoh yang abadi tak terikat karena tempat, waktu, dan cara.

“Saya gagal dalam hidup pernikahan karena terlalu mudah berjodoh pada usia muda,” tulis seseorang di media sosialnya. Terlalu mudah terpesona sejak pandangan pertama, terbuai oleh iming-iming yang dicari-cari selama ini Itulah sebagian alasan pembuka orang yang merasa salah jodoh.

Walaupun begitu, tak semua orang menyalahkan jodoh yang telah merubah hidupnya. “Hidup saya sekarang tak akan (bahagia) seperti ini bila dulu tidak berani mengambil jodoh itu. Termasuk menjalani jodoh yang gagal itu,” cerita beberapa kenalan. Setelah jatuh lalu bangun lagi, kenalan itu justru menemukan jodoh baru yang lebih mantap, dan bertahan sampai sekarang.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

“Saya tidak pernah menyesali masa lalu, biarlah semua itu sudah menjadi takdir,” tulis orang itu tentang hatinya yang tegar. Romantika seperti saat berjumpa pertama kali dan merajut cinta bersama, itu semua sudah menjadi bunga dan buah manis yang telah dinikmati. Kenapa harus bersedih, kenapa harus menyangkal? “Yang telah terjadi biarlah terjadi, kita akan raut kisah baru yang lebih indah lagi,”, kata kenalan itu.

“Tidak ada perjumpaan yang kebetulan,” demikian ungkapan bijak sejak dulu. Banyak yang menyesal kenapa ‘kita’ harus pernah bertemu, atau sebaliknya, “kenapa kita tidak berjumpa sejak dulu ya?” Jadi ingat Pengkhotbah 3:1-15: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya”.

Perjumpaan dulu yang telah kita sia-siakan, bahkan disangkal, mungkin itulah jodoh kita yang sesungguhnya. Setelah menempuh jalan hidup masing-masing, kita mungkin akan bertemu kembali suatu ketika. “I hope our paths will cross again in the future“, atau ‘saya berharap kita akan bertemu lagi’, hanya bermakna bila kita mampu mensyukuri perjumpaan hari ini.

Jadi, jangan sia-siakan bila ada perjumpaan, setiap saat. Marilah kita rayakan bersama.

Cosmas Christanmas, Kontributor

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles