HIDUPKATOLIK — Rekor menarik kembali dipecahkan oleh gerakan penggalangan dana untuk pendidikan melalui jalur olahraga: 3001 pelari, pejalan cepat, penyepeda menempuh akumulasi jarak 424.398 kilometer (km) selama 31 hari. Ini setara 10,6 kali mengitari bumi. Berlangsung selama 31 hari pada Desember 2020, gerakan belarasa Lari dan Gowes Caritas Christmas Cross Challenge 2020 (LG4C) berhasil menghimpun donasi sebesar Rp 6.114.950.000.
Seluruh hasil donasi disumbangkan bagi para guru honor prasejahtera di luar Jawa. Asosiasi Alumni Jesuit Indonesia (AAJI) bersama dengan Yayasan KARINA- KWI, Komisi Pendidikan KWI dan Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD-KAJ) menggagas gerakan belasarasa ini di Indonesia serta 17 negara di wilayah Eropa, Amerika, Asia, serta Timur Tengah.
Dalam briefingnya kepada tim media pada Sabtu, 16/1/2021 menyusul penutupan resmi program ini, Ketua Panitia Pelaksana LG4C Christiano Hendra Wishaka, menyatakan:”Kita bersyukur pada Tuhan serta berterimakasih kepada 3001 pelari, pejalan kaki, penyepeda, serta segenap dermawan atas partisipasi maksimal mereka.”
“Tingginya semangat berbagi secara nyata melalui LG4C, amat menggembirakan serta membangkitkan optimisme di tengah beratnya masa pandemi,” kata lanjutnya.
Yayasan KARINA– lembaga kemanusiaan di bawah payung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) – mengatur penyaluran donasi. Yayasan ini menjalankan Program Bantuan Pendidikan bersama Komisi Pendidikan KWI dan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KWI.
Dalam percakapan dengan tim media LG4C pada Sabtu, 16/1/2021, Direktur Eksekutif Yayasan KARINA – KWI Romo Fredy Rante Taruk mengatakan hasil donasi akan disalurkan secara cepat dan tepat. Laporan penyaluran akan diterbitkan secara bertahap hingga Desember 2021. “Donasi utama diberikan kepada sekitar 2000-an guru honor prasejahtera. Sisanya disalurkan untuk perbaikan sekolah=sekolah rusak di wilayah 27 provinsi Indonesia,” ujar Romo Fredy.
Menurut Romo Fredy, KARINA-KWI akan berupaya maksimal agar seluruh donasi benar-benar sampai ke tangan mereka yang paling membutuhkan. “Ini dana publik yang harus dikelola dengan akuntabel, akurat, transparan”, ujar doktor bidang ekonomi bisnis ini menegaskan. Terkait penerima bantuan, KARINA-KWI bekerjasama dengan Komisi Pendidikan KWI melakukan seleksi dan verifikasi.
Sekretaris Eksekutif Komisi Penddikan KWI Romo TB. Gandhi Hartono, SJ bersama tim Komisi Pendidikan di wilayah 27 provinsi, telah menyaring data sejak November 2020. Tujuannya, agar para penerima donasi benar-benar selaras dengan tujuan gerakan belarasa. Yakni, “The poorest of the poor,” ujar Romo Gandhi – sebutan akrabnya.
Romo Gandhi mencontohkan beberapa wilayah luar Jawa yang masuk ke dalam peta penyaringan donasi. Antara lain, Papua, Aceh, Mentawai, Londa Lima-Sumba Timur, Maumere-NTT, Ternate- Maluku Utara – sekadar menyebut contoh. “Tentu saja masih banyak wilayah lain yang kami petakan sejak November 2020. Tujuannya, agar yang mendapat bantuan adalah mereka yang benar-benar membutuhkan,” ujar Romo Gandhi.
Sejumlah peserta LG4C mengaku amat gembira bisa mengikuti program ini secara penuh. Salah satunya, Pemimpin Ordo Suster Carolus Boromeus(CB) Indonesia Sr. Yustiana, CB. Suster Provinsial – begitu dia biasa disebut — mencatat posisi nomor 6 dari 3001 peserta –sekaligus peringkat pertama jalan kaki — dengan total aktifitas 846 km jalan dan lari.
Sr. Yustiana, 56 tahun, mengaku menggemari olahraga sejak remaja. “Bagi saya, kebutuhan olahraga sudah seperti kebutuhan makan,” ujarnya kepada tim media LG4C. “Manfaatnya luar biasa. Saya tidak pernah sakit selama tiga dekade terakhir. Olahraga memberikan kesegaran tubuh, jiwa, energi sekaligus,” lanjutnya.
Itu sebabnya, berjalan dan berlari sejauh 846 kilometer bagi biarawati Katolik kelahiran Yogyakarta ini sama sekali tak terasa sebagai beban. “Sudah 23 tahun saya aktif di dunia pendidikan Indonesia. Saya paham betul beratnya beban para guru honorer. Itu sebabnya saya gembira bisa turut mencari donasi melalui hobi olahraga,” ujar Sr. Yustiana.
Sepanjang Desember, doktor manajemen pendidikan ini memulai jalan pagi pada pukul 02.30 WIB. “Seluruh jadwal kerja dan pelayanan saya tak terganggu sedikit pun oleh aktifitas LG4C,” kata Sr. Yustiana.
Posisi nomor satu LG4C diraih oleh pesepeda Roni Pramudya dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan total jarak tempuh 3925,11 km.
Program belasarasa ini mendapat perhatian dari berbagai media nasional di tanah air, serta sejumlah media internasional. Selain bahasa Indonesia, kegiatan Caritas Christmas disiarkan pula dalam bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, dan Italia. Keterlibatan Kardinal Ignatius Suharyo, 17 uskup Indonesia, serta sekitar 900 lebih rohaniwan – rohaniwati Katolik dalam program ini cukup menyedot perhatian media.
Koordinator Program LG4C Glenn Sebastian menyampaikan pidato singkat setelah misa penutupan: “Terimakasih kepada semua pihak dan setiap pribadi yang turut berperan dalam acara ini,”ujarnya.
”Kita telah menempuh jarak amat panjang. Namun yang paling penting kita dapat menyalakan serta menghidupi api belarasa,” Glenn menambahkan.
Menutup rangkaian program Caritas Christmas Cross Challenge, Kardinal Ignatius SUharyo mempersembahkan Misa di Katedral Jakarta, pada Kamis, 14/1/2021. Mendampingi Kardinal adalah Romo Kristiono Puspo SJ serta Romo Fredy Rante Taruk Kardinal Suharyo memberikan sebuah pesan.
“Gerakan belarasa ini bukan menggunakan kekuatan sendiri, tapi kekuatan bersama, yang dihimpun para pemrakarsa dan panitia serta ditanggapi oleh seluruh peserta dan para dermawan,” ujarnya.
Melalui cara ini, gerakan belarasa ini dapat mendengarkan bersama dengan jernih suara-suara dari dunia pendidikan Indonesia.
Sumber: Rilis Pers Lari & Gowes, Caritas Christmas Cross Challenge 2020 (LG4C)