web page hit counter
Sabtu, 16 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

10 Kali Keliling Bumi Demi Donasi Guru

Rate this post

HIDUPKATOLIK — Rekor menarik kembali  dipecahkan oleh gerakan penggalangan dana untuk  pendidikan  melalui  jalur olahraga: 3001 pelari, pejalan cepat, penyepeda menempuh akumulasi jarak  424.398 kilometer (km) selama 31 hari.  Ini setara 10,6 kali mengitari bumi. Berlangsung selama 31  hari pada  Desember 2020, gerakan belarasa Lari dan Gowes Caritas Christmas Cross  Challenge  2020 (LG4C) berhasil menghimpun donasi sebesar Rp 6.114.950.000.

Seluruh hasil donasi disumbangkan bagi para guru honor prasejahtera di luar Jawa. Asosiasi Alumni Jesuit  Indonesia (AAJI) bersama dengan Yayasan KARINA- KWI, Komisi Pendidikan KWI dan Lembaga Daya Dharma Keuskupan  Agung Jakarta (LDD-KAJ) menggagas gerakan belasarasa  ini  di Indonesia serta  17  negara di wilayah  Eropa, Amerika,  Asia, serta  Timur Tengah.

Dalam briefingnya kepada tim media pada Sabtu, 16/1/2021 menyusul  penutupan resmi program ini,  Ketua Panitia Pelaksana LG4C Christiano Hendra Wishaka, menyatakan:”Kita  bersyukur pada Tuhan serta berterimakasih kepada 3001 pelari, pejalan kaki,  penyepeda, serta  segenap dermawan atas partisipasi maksimal mereka.”

“Tingginya  semangat berbagi secara nyata melalui LG4C,  amat  menggembirakan serta membangkitkan  optimisme  di tengah beratnya  masa pandemi,” kata lanjutnya.

Yayasan  KARINA–  lembaga  kemanusiaan di bawah  payung  Konferensi  Waligereja  Indonesia (KWI) –  mengatur penyaluran donasi. Yayasan  ini menjalankan  Program Bantuan Pendidikan  bersama Komisi Pendidikan KWI dan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KWI.

Baca Juga:  Misa Gregorian: 30 Hari Tanpa Terputus

Dalam percakapan dengan tim media LG4C pada Sabtu,  16/1/2021,  Direktur Eksekutif  Yayasan KARINA – KWI Romo Fredy Rante Taruk mengatakan  hasil donasi  akan disalurkan secara cepat dan tepat. Laporan penyaluran akan diterbitkan secara bertahap hingga Desember  2021.  “Donasi  utama diberikan kepada sekitar 2000-an  guru honor prasejahtera. Sisanya   disalurkan untuk perbaikan sekolah=sekolah  rusak di wilayah 27  provinsi Indonesia,”  ujar Romo Fredy.

Menurut Romo Fredy, KARINA-KWI akan berupaya maksimal agar seluruh donasi benar-benar sampai  ke tangan mereka yang paling  membutuhkan.  “Ini dana publik yang harus dikelola dengan akuntabel, akurat, transparan”, ujar  doktor bidang  ekonomi bisnis  ini   menegaskan. Terkait penerima bantuan, KARINA-KWI bekerjasama dengan Komisi Pendidikan KWI  melakukan seleksi dan verifikasi.

Sekretaris  Eksekutif  Komisi Penddikan KWI  Romo TB. Gandhi Hartono, SJ bersama tim Komisi Pendidikan di wilayah 27 provinsi, telah menyaring   data sejak  November 2020. Tujuannya, agar  para  penerima donasi benar-benar selaras dengan  tujuan gerakan  belarasa. Yakni, “The poorest  of the poor,” ujar Romo Gandhi – sebutan akrabnya.

Romo Gandhi mencontohkan beberapa  wilayah luar Jawa  yang masuk ke dalam peta penyaringan donasi.  Antara lain, Papua, Aceh, Mentawai,  Londa Lima-Sumba Timur, Maumere-NTT, Ternate-  Maluku Utara – sekadar   menyebut  contoh. “Tentu  saja  masih banyak  wilayah lain yang kami petakan sejak  November 2020. Tujuannya, agar yang mendapat bantuan adalah mereka yang benar-benar membutuhkan,” ujar Romo Gandhi.

Baca Juga:  PESPARANI II PROVINSI KALIMANTAN UTARA: KEDEPANKAN SPIRIT KATOLIK

Sejumlah  peserta LG4C mengaku amat  gembira bisa mengikuti  program ini secara penuh.  Salah satunya, Pemimpin Ordo Suster Carolus Boromeus(CB) Indonesia Sr. Yustiana, CB. Suster Provinsial – begitu dia  biasa  disebut  — mencatat  posisi nomor 6 dari 3001 peserta –sekaligus  peringkat pertama jalan kaki  —  dengan total  aktifitas  846 km jalan dan lari.

Sr. Yustiana, 56 tahun, mengaku menggemari olahraga sejak remaja. “Bagi saya, kebutuhan olahraga sudah seperti kebutuhan  makan,”  ujarnya kepada  tim media  LG4C.  “Manfaatnya luar biasa. Saya  tidak pernah sakit  selama tiga dekade terakhir. Olahraga memberikan kesegaran  tubuh,  jiwa, energi  sekaligus,” lanjutnya.

Itu sebabnya, berjalan dan berlari sejauh 846  kilometer bagi biarawati Katolik   kelahiran Yogyakarta ini sama sekali tak terasa sebagai beban. “Sudah 23  tahun saya aktif di dunia pendidikan Indonesia. Saya paham betul  beratnya beban para guru  honorer. Itu sebabnya saya gembira bisa turut  mencari donasi melalui hobi olahraga,” ujar Sr. Yustiana.

Sr. Yustiana, CB dengan rekor 846 km jalan dan lari untuk LG4C di Yogyakarta, pada Desember 2020. (Dok. Panitia LG4C)

Sepanjang Desember, doktor manajemen pendidikan  ini memulai  jalan pagi pada pukul 02.30 WIB. “Seluruh jadwal kerja dan pelayanan saya tak terganggu sedikit pun oleh aktifitas LG4C,” kata Sr. Yustiana.

Posisi  nomor satu  LG4C  diraih  oleh pesepeda  Roni Pramudya dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan total jarak  tempuh 3925,11 km.

Baca Juga:  Setelah Sinode III Keuskupan, Uskup Sibolga, Mgr. Fransiskus Sinaga: Iman Perlu Berakar, Bertumbuh dalam Persekutuan dan Berbuah dalam Kesaksian

Program belasarasa ini mendapat perhatian dari berbagai media nasional  di tanah air, serta sejumlah media internasional. Selain bahasa Indonesia, kegiatan Caritas Christmas  disiarkan pula  dalam bahasa  Inggris, Perancis,  Spanyol, dan Italia. Keterlibatan  Kardinal Ignatius Suharyo,  17 uskup Indonesia, serta sekitar 900 lebih rohaniwan  – rohaniwati Katolik dalam program  ini cukup menyedot perhatian media.

Koordinator Program LG4C Glenn Sebastian menyampaikan pidato  singkat setelah misa penutupan: “Terimakasih kepada semua pihak dan setiap pribadi yang turut berperan dalam acara ini,”ujarnya.

”Kita telah menempuh jarak amat panjang. Namun yang  paling penting kita dapat menyalakan serta menghidupi api belarasa,” Glenn menambahkan.

Misa Penutupan Caritas Chirstmas Challenge oleh Kardinal SUuharyo (tengah). (Dok. Panitia LG4C)

Menutup rangkaian program Caritas Christmas  Cross  Challenge,  Kardinal Ignatius SUharyo mempersembahkan Misa di Katedral Jakarta,  pada Kamis,  14/1/2021.  Mendampingi Kardinal adalah Romo Kristiono Puspo SJ  serta Romo Fredy Rante Taruk  Kardinal  Suharyo memberikan sebuah pesan.

“Gerakan belarasa ini bukan menggunakan kekuatan sendiri, tapi kekuatan bersama, yang dihimpun  para pemrakarsa dan panitia  serta  ditanggapi oleh seluruh peserta dan  para dermawan,” ujarnya.

Melalui cara ini,  gerakan belarasa ini dapat  mendengarkan bersama dengan jernih suara-suara dari dunia pendidikan Indonesia.

Sumber: Rilis Pers Lari  &  Gowes, Caritas Christmas Cross Challenge  2020 (LG4C)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles