HIDUPKATOLIK— Dalam rentang waktu terhitung sejak 31 Desember hingga 14 Januari 2021, tim posko Covid-19 Kabupaten Sumba Barat Daya sudah memeriksa sebanyak 581 penduduk masyarakat kabupaten. Dalam temuannya, sebanyak 114 orang dinyatakan reaktif-positif dari pemeriksaan swab antigen. Dari data publikasi yang tersebar di media sosial tersebut, ada lima siswa anggota Seminari St. Fransiskus Asisi Sinar Buana Keuskupan Weetebula yang masuk dalam daftar.
Kondisi ini menyadarkan masyarakat akan tak terbendungnya penyebaran virus Corona di Kabupaten Sumba Barat Daya. Hal ini mendorong pelbagai elemen masyarakat untuk tetap waspada dengan menerapkan 3M (Menggunakan masker, Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan Menjaga jarak) secara ketat.
Penyuluhan
Guna memperkaya pemahaman siswa akan bahaya Covid-19, hari ini, 16/1, para siswa Seminari St. Fransiskus Asisi Sinar Buana Keuskupan Weetebula kembali berkumpul dengan jarak aman untuk mendengarkan pengarahan dari dr. Bonifasius tentang Covid-19. Bertempat di aula seminari, penyuluhan mengenai pengetahuan tentang sistem penyebaran dan tindakan preventif agar tidak terpapar Covid-19 dilaksanakan.
Dipaparkan oleh dr. Boni, selain menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, menghindari menyentuh wajah dan keramaian, membersihkan permukaan barang yang sering disentuh, sebaiknya yang sakit langsung melaksanakan isolasi diri di ruangan khusus. “Cuci tangan dilakukan sesering mungkin, selama 40 detik dengan sabun atau 20 detik dengan hand sanitizer,” demikian ajak sang dokter.
Dokter yang sehari-hari bekerja di rumah sakit Karitas Weetebula ini juga memberikan penjelasan mengenai karantina, isolasi, dan jaga jarak. “Jika berkontak dengan yang sakit, maka wajib menjalankan karantina selama 14 hari. Lalu jika sakit, mohon mengisolasikan diri sampai sembuh dan bersama anggota yang sehat tetap menjaga jarak,” demikian uraian dokter asal Jakarta ini.
Meluruskan isu vaksin
Penyuluhan yang diikuti oleh 135 siswa dan beberapa Romo dan Frater pembina ini juga meluruskan isu vaksin yang beredar. Dalam sesi tanya jawab, siswa menanyakan kebenaran isu apakah benar vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kematian. Menanggapi pertanyaan itu, dr. Boni dengan sigap menjelaskan bahwa jenis vaksin yang akan dipakai di Indonesia sudah melalui tahap uji coba kelayakan di beberapa negara dan juga uji klinis di Indonesia. “Sejauh ini, vaksin tersebut dinyatakan aman bagi penerima,” tegasnya.
Usai mengikuti penyuluhan, banyak siswa yang mengaku senang dan terbantu dengan pengetahuan yang diberikan. Salah satunya datang dari murid kelas VII, Paul Umbu Padi. “Sosialisasi ini sangat berguna karena dapat memperkaya pengetahuan,” ujarnya diamini oleh temannya siswa kelas VIII, Igem Ate. Hal yang sama juga diungkapkan oleh siswa kelas XI, Dicky Simson, “Uraian dokter Boni sangat berguna bagi kami agar bisa jaga diri dari ancaman Covid-19.”
Selain penyuluhan, sikap waspada dari ancaman Covid-19 telah dilaksanakan penghuni seminari sejak siswa kembali dari liburan per 5 Januari 2021. Seminari langsung mengadakan swab antigen untuk semua anggota komunitas, termasuk guru, pegawai, dan karyawan. Selanjutnya, tindakan pemeriksaan kesehatan dilaksanakan bagi 63 siswa yang terindikasi batu, pilek, demam, dan penyakit kulit pada Senin, 14/1.
RD Kamilus Pantus
Rektor Seminari St. Fransiskus Asisi Sinar Buana Keuskupan Weetebula
Baca Juga:
Seminari Menengah St. Fransiskus Asisi Sinar Buana Keuskupan Weetebula Jalani Swab Antigen
63 Siswa Seminari St. Fransiskus Asisi Sinar Buana Ikuti Pemeriksaan Kesehatan