web page hit counter
Selasa, 24 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Enggak Bisa Liburan, Curhat Seminaris Garum: Tidak Bersama Keluarga Bukan Berarti Tidak Bisa Bahagia

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – NATAL, satu kata itu mengandung jutaan makna mendalam bagi dunia. Khususnya, bagi kita orang Kristen. Tak terkecuali bagi kami para seminaris Seminari Garum. Biasanya saat menjelang Natal kami mulai menyiapkan pakaian untuk dibawa pulang, membersihkan  Seminari, membeli tiket kereta atau bus, dan menyiapkan diri untuk pulang. Pulang adalah waktu yang sangat dinantikan oleh kami setelah menjalani proses formatio selama satu semester. Perasaan pulang dan bertemu keluarga bagi setiap dari kami adalah perasaan yang tidak dapat diungkapkan. Tetapi, realitas itu hilang pada Natalan dan liburan terakhir kami.

Liburan Desember kemarin kami seminaris Seminari Garum tidak diperkenankan pulang. Tidak ada yang bisa menyalahkan siapapun karena memang beginilah kondisinya. Pihak Seminari memutuskan bahwa kami harus Natalan dan liburan di Seminari. Kenyataan pelik itu tak dapat ditawar. Beragam perasaan keluar dari lubuk hati kami. Kecewa dan sedih adalah tentu menjadi perasaan yang paling dominan. Terlebih bagi kelas X yang baru masuk ke Seminari hal ini sangat berat karena tidak bertemu orang tua dalam waktu yang panjang. Meski begitu, Natalan dan liburan di Seminari tidaklah seburuk bayangan kami bahkan sangat berkesan.

Bagi yang belum tahu apa itu Seminari, Seminari adalah tempat pembinaan calon imam. Jadi, di sini kami tidak dapat menggunakan smartphone untuk bermain PUBG, menonton drama Korea di  Netflix, belanja sepatu dan sweater di online shop, atau membeli makanan kesukaan via Go-food, hingga mendengarkan Spotify setiap waktu. Kami di sini berbeda.

Baca Juga:  CERITA NATAL TAHUN INI (Oleh: A.M. Lilik Agung)

Kami memang tidak punya itu semua tetapi kami punya banyak hal yang jauh luar biasa. Kami mulai kembali bersemangat ketika formator memberi kami tugas dan kegiatan selama liburan dan Natalan. Menjelang hari Natal kami memulai dengan Triduum Natal. Triduum Natal adalah masa khusus sebelum Natal untuk menyiapkan diri dan hati. Kami melaksanakan waktu silentium yakni waktu hening selama tiga hari untuk berefleksi, berdoa, dan sharing bersama. Bagi saya pribadi hari Triduum tersebut sangat berkesan karena sebelumya saya belum pernah melakukannya.

Misa Malam Natal 2020

Di Seminari kami memang tidak dapat mendengarkan musik di Spotify setiap saat maka dari itu kami yang akan bernyanyi. Kami berlatih koor Natal sejak satu minggu sebelum Natal dimulai. Dan kami berkomitmen biarlah Tuhan dan teman-teman kami mendengarkan suara kami. Bukan dari aplikasi tetapi dari keringat dan pengorbanan. Jujur saja pengalaman kor Natal bagi saya pribadi juga pengalaman pertama. Tidak berhenti sampai disitu, ide dan gagasan kami juga diasah melalui dekorasi.

Seluruh seminaris ditugaskan untuk mendekorasi beberapa ruangan di Seminari untuk memeriahkan acara Natal. Pekerjaan yang keliatannya berat terasa ringan karena gelak tawa dan sukacita kebersamaan. Rentetan pengalaman itu semua mulai menumbuhkan semangat kami. Apalagi puncaknya ketika malam Natal kami merayakan kelahiran-Nya dengan sukacita. Bahkan, kami merayakan misa Natal tiga kali yakni ditambah Natal pagi dan sore. Perasaan sedih yang pada awal liburan menyelimuti kami telah terhapus ketika satu komunitas melebur menjadi satu untuk merayakan Natal bersama. Dan tentunya, seluruh kegiatan kami tetap dengan protokol kesehatan. Jabat tangan dari romo, senyum lucu dari teman, makan bersama, dan sepatah kata sederhana “selamat Natal” yang mengiringi itu semua membuat kami bahagia.

Baca Juga:  CERITA NATAL TAHUN INI (Oleh: A.M. Lilik Agung)

Beberapa hari setelah Natal kami juga diberi kesempatan per angkatan untuk melaksanakan zoom meeting bersama orangtua kami. Memang tidak dapat melepas rindu secara utuh tapi melihat orang tua kami yang tersenyum sudah membuat kami senang. Kami juga melakukan kegiatan internal di Seminari bersama para romo, guru, dan karyawan Seminari. Karena kami di sini tidak bisa menonton Neflix maka kami juga yang membuat film.

Paduan Suara Seminari Garum di Malam Natal

Beberapa dari kami berlatih untuk bermain teater pada malam tahun baru. Kami yang berlatih, yang menjadi aktor, membuat naskah sendiri, kami yang menonton dan kami yang menikmatinya. Dan benar saja acara itu menjadi penutup tahun dan liburan yang manis bagi kami keluarga besar Seminari Garum.

Bercengkerama dengan teman-teman

Bagi diri saya pribadi, Natalan di Seminari adalah pengalaman baru dan luar biasa. Jauh dari ekspektasi saya. Bagi saya masih bisa Natalan di Seminari adalah hal yang saya sangat syukuri. Kenyataan bahwa saya masih bisa Misa Natal offline seharusnya menjadi hal yang sangat luar biasa. Karena mengingat banyaknya jemaat Kristen seluruh dunia yang tidak dapat merayakan misa Natal secara langsung karena pandemi.

Baca Juga:  CERITA NATAL TAHUN INI (Oleh: A.M. Lilik Agung)

Liburan saya memang tidak bersama keluarga saya tetapi saya masih dilingkupi saudara-saudara saya. Saya masih bisa bersama dengan mereka adalah kebahagiaan. Sebagai seorang calon imam hal seperti ini harus terus saya ingat. Bahwa saya tidak pernah sendirian. Saya memiliki saudara yang menerima saya  apa adanya. Saya rasa saya juga ditantang Allah. Saya ditantang untuk menghadirkan kehadiran-Nya ditengah kondisi yang seperti ini. Di tengah hamparan ketidakpastian saya dituntut untuk memberi harapan. Di saat yang lain sudah tidak kuat saya harus tetap bersemangat. Karena ke depannya menjadi imam pasti akan menghadapi kondisi seperti sekarang.

Belajar akting

Kami tidak pernah berpikir hal ini akan terjadi. Tetapi kami juga terus berharap. Kami selalu berjuang dengan sigap sampai waktu kadang tak lagi kami anggap. Kami tidak ingin menyerah atau berpasrah pada keadaan yang tidak ingin beristirahat dan tak pernah mau tamat. Karena dari itu Natal dan liburan terakhir kami memang bukan yang terbaik tetapi layak menjadi predikat terfavorit. Yaaa… beginilah Natalan dan liburan kami di Seminari. Meskipun di dalam rumah senyum kami tetap merekah. Memang tidak bersama keluarga tetapi bukan berarti tidak bisa bahagia. Salvete !

Penulis

Joseph Dimas Kusuma, seminaris Santo Vincentius A Paulo, Garum, Blitar, Jawa Timur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles