HIDUPKATOLIK.com – MANUSIA bergulat dengan pelbagai situasi, terutama situasi buruk. Banyak orang yang sering jatuh pada sikap putus asa dan justru menyalahkan Allah. Jika situasi ini terus dihidupi, maka akan melahirkan cara pandang yang negatif, pesimis, dan sinis terhadap kehidupan karena merasa dihukum oleh Allah. Padahal tidak semua pengalaman buruk itu tanpa makna.
Bagi Kardinal Ignatius Suharyo yang dituturkan dalam bagian pengantar buku ini, pengalaman buruk dapat disebut pengalaman ketidakberdayaan. Tidak sedikit orang yang mendapat pencerahan setelah berhasil mengolah pengalaman yang tidak mengenakan. Orang perlu mempunyai pengalaman yang meneguhkan dan yang paling utama adalah pengalaman dicintai oleh Allah.
Buku yang terdiri dari enam kisah dalam Alkitab ini menawarkan renungan-renungan yang menyadarkan para pembaca bahwa ada sisi lain dari pengalaman buruk dan tidak berdaya yang hendaknya dapat diolah menjadi pengalaman dicintai oleh Allah.
Buku ini merupakan hasil permenungan penulis. Dalam heningnya, penulis semakin menyadari kehadiran dan cinta Allah dalam hidupnya. Dalam salah satu bab, penulis teringat akan sebuah kisah tentang Simon yang dipilih oleh Yesus menjadi muridnya. Dari kisah tersebut ia merenungkan bahwa Allah yang bermurah hati hadir mendampinginya dalam rupa keduaorangtuanya. Ia merasa pernah berlaku yang tidak pantas kepada ayah dan ibunya, tetapi keduanya tetap menyayanginya. Sama seperti Simon, yang merasa rapuh, namun tetap dipilih oleh Allah.
Penulis menyadari bahwa pengalaman kerapuhan atau ketidakberdayaan diri merupakan sarana bagi Allah untuk mendidik manusia agar semakin dewasa dalam beriman. Penulis berharap di saat seperti ini, pembaca dapat berdamai dengan diri sendiri, dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan alam semesta.
Karina Chrisyantia
Data Buku
Judul : Salib, Cara Allah Mendidikku
Penulis : Yohanes Sumardi, OSC
Penerbit : Kanisius, 2020
Tebal : 112 halaman
(HIDUP No.52, 27 Desember 2020)