HIDUPKATOLIK.COM – PEMBUATAN kandang Natal dalam tradisi Gereja Katolik baru muncul pada paruh kedua abad ke-16! Kandang Natal muncul pertama kali di Praha pada tahun 1562 di dalam suatu gereja Yesuit. Apa tujuannya? Untuk menghadirkan misteri Natal secara nyata agar umat dapat melihat dengan mata misteri ini, merenungkan serta mengambil bagian di dalamnya dan menghasilkan buah dalam kehidupan.Patung-patung Natal ditempatkan dalam kandang ini.Itulah yang dikatakan oleh seorang Yesuit dari zaman itu.
Kandang Natal dimulai oleh para Yesuit, tetapi penghadiran kembali misteri Natal lewat wujud yang kelihatan pertama kali mungkin dimulai oleh St. Fransiskus dari Asisi, tetapi bukan sebagai kandang Natal. Dia meminta supaya Ekaristi dirayakan di tempat terbuka dengan suasana seperti yang diceritakan dalam Kitab Suci. Altar didirikan di atas jerami. Lembu dan keledai dibawa masuk dan ada palungan yang ditutupi dengan jerami. Belum ada patung Yesus,Maria dan Yosef. Latar Natal ini dibuat dalam konteks perayaan Ekaristi. Tidak cukup manusia hanya mendengar, tetapi harus melihat dan merasakan.
Salah seorang kudus yang paling besar devosinya pada pembuatan kandang Natal ialah St.Fransiskus de Sales. Beginilah yang dikatakan oleh orang kudus yang terkenal lembut hatinya ini dalam homilinya yang terakhir pada masa Adven kepada para suster Visitasi di kota Annecy (Swis): ”Perhatikanlah Bayi yang baru lahir dalam palungan di Betlehem,dengarkanlah apa yang dikatakan-Nya kepadamu,pandanglah contoh yang diberikan-Nya kepadamu…Ya Allahku!, siapa yang dekat dengan palungan selama Oktaf Natal ini pasti akan luluh karena cinta”.
Fransiskus dari Sales menyebut Oktaf Natal (=hari kedelapan) karena mungkin pada zamannya kandang Natal dipasang hanya selama oktaf. Meditasi partisipatif untuk memperoleh cinta sangat ditekankan oleh Fransiskus dari Sales dalam homili-homilinya.
Marilah Pergi ke Betlehem
Setelah mendengar berita surgawi di padang tentang kelahiran Juruselamat di kota Daud, para gembala saling mengajak dengan berkata, ”Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita” (Luk 2:15). Ajakan keselamatan ini setiap tahun disampaikan kembali kepada kita pada Misa Fajar. Apa artinya hal itu bagi kita?
Kita diajak untuk berziarah ke Betlehem secara rohani! Peziarahan ini sudah dibicarakan pada awal Gereja oleh para Bapak Gereja dan kemudian dikembangkan oleh orang-orang kudus besar pada Abad Pertengahan Eropa seperti St.Anselmus dari Kanterburi, Beato Guerrikus dari Igny dan St.Bonaventura. Ziarah rohani ini dapat dilakukan tanpa pergi secara fisik.
Kunjungan ke Betlehem ini sejak abad ke-16 dipindahkan ke gereja-gereja kita lewat pembuatan kandang Natal.Visualisasi ini sangat membantu untuk mengadakan meditasi imaginatif dan partisipatif sebagaimana yang disampaikan oleh Fransiskus dari Sales di atas. Kita seolah-olah hadir di sana. Meditasi partisipatif ini mungkin akan lebih digerakkan lagi apabila orang bisa melihat bahwa yang datang ke kandang itu adalah orang-orang kita sendiri. Para gembala dan tokoh-tokoh lain khususnya setelah Epifani harus mengenakan kostum kita.Lalu bagaimana kita harus mengadakan ziarah rohani ini?
Ziarah Rohani ke Kandang Natal
Injil misteri Natal mengisahkan dua ziarah ke kandang Natal. Ziarah pertama dilakukan oleh para gembala seperti yang telah dikutip di atas. Kita juga harus datang ke kandang untuk melihat apa yang terjadi di sana. Seorang bayi dibaringkan oleh ibunya di dalam palungan.Kita datang untuk melihat Bayi itu yang adalah Kristus, Tuhan kita. Apa artinya itu bagi kita? Perhatikanlah dengan baik apa yang anda lihat dan fokuskan pandangan anda kepada Yesus yang berbaring di dalam palungan.Palungan ini harus benar-benar sederhana tanpa embel-embel yang lain karena rasa hormat. Hanya dalam kehinaan palungan itu misteri Natal bisa menyentuh hati kita. Kita memandang Bayi itu dalam keheningan.Tinggallah sejenak bersama Bayi itu dan bersama Maria dan Yosef. Berdoalah dengan hatimu.
Kandang Natal adalah lambang keheningan.Di sini tidak ada kata. Allah berbicara kepada kita lewat tanda dan peristiwa. Kita mengingat apa yang dikatakan oleh Injil tentang para gembala ,”Kemudian kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka” (Luk 2:20). Jika kita kembali belum dengan semangat mereka, kita dapat memohon ampun kepada Tuhan atas segala dosa kita dan mohon agar kita menjadi rendah hati seperti para gembala. Mereka adalah guru ziarah kita selama masa Natal ini.
Iman kristen itu sesuatu yang sangat indah. Keindahan ini dapat dirasakan pula oleh anak-anak kecil.Kita tidak pernah boleh melupakan hal ini.Dari sebab itu,hendaknya keluarga-keluarga membawa anak-anak mereka khususnya yang kecil-kecil berziarah ke kandang Natal. Kita tidak boleh menghalangi anak-anak datang kepada Yesus.
Peristiwa ziarah kedua ialah yang dillakukan oleh para majus (Mat 2:1-12). Mereka datang dari jauh untuk menyembah Raja yang baru dilahirkan itu. Mereka telah melihat bintang-Nya.Mereka adalah wakil kita semua, wakil segala bangsa yang telah menerima Kristus sebagai Rajanya. Mereka datang dengan persembahan pengakuan iman mereka akan Kristus Raja bangsa-bangsa. Mereka kembali ke negerinya melalui jalan lain. Jalan hidup mereka menjadi baru karena ziarah ini. Mereka telah berjumpa dengan Kristus dan menyembah-Nya. Gereja mengenang misteri ini dalam ibadatnya selama satu minggu. Para majus juga adalah guru ziarah rohani kita ke kandang Natal. Kita harus datang dengan semangat mereka pula. Alangkah indahnya kalau wajah dan kostum patung-patung yang dihadirkan menggambarkan kedatangan suku-suku bangsa kita.
Kandang dan palungan Natal yang dihadirkan dalam gereja-gereja kita bertujuan untuk mendekatkan misteri Natal dalam hidup kita. Kita dapat melihat dengan mata kita dan merenungkan misteri kasih Allah ini. Kita harus kerap merenungkan misteri ini agar kasih Allah yang melampaui segala pengertian itu dicurahkan ke dalam hati kita. Tuhan Yesus telah mengosongkan Diri dan menjadi miskin supaya kita menjadi kaya oleh kemiskinan-Nya. Di hadapan-Nya kita adalah orang yang miskin dan hina dina. Selamat Natal! (Malang,17 September,Pesta St.Albertus dari Yerusalem)
Pastor Berthold Anton Pareira, OCarm, Guru Besar STFT Widya Sasana, Malang