HIDUPKATOLIK.COM – PERINGATAN kelahiran Yesus Kristus menjadi salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Kristiani di seluruh dunia. Putera Sang Perawan Maria tersebut merupakan sosok sangat penting dalam agama Kristen karena ia tak semata dikenal sebagai yang mengorbankan dirinya di kayu salib namun ia juga dikenal sebagai Sang Juru Selamat yang akan menyelamatkan umat manusia dalam pandangan agama Kristen. Sosok Yesus juga menjadi sosok yang diperbincangkan oleh banyak kalangan khususnya di luar Kristen. Hal tersebut terjadi karena Yesus juga disebut-sebut dalam kitab suci agama lain meskipun dengan nama yang berbeda.
Dalam agama Kristen, Yesus diyakini sebagai putera dari Perawan Maria pun di dalam agama Islam juga meyakini bahwa Perawan Maria atau dikenal dengan nama Siti Maryam juga memiliki putera yang bernama Isa Al-Masih. Sosok yang sama namun dikenali dengan nama berbeda bahkan turut disebut dalam kitab suci dua agama yang berbeda tentu akan menimbulkan ragam varian pendapat yang menarik perhatian untuk dibahas dan dipelajari. Terkait kelahiran Yesus, misalnya, agama Kristen mengimani bahwa Yesus lahir di kandang domba namun Islam meyakini bahwa Putera Maryam tersebut lahir di bawah pohon kurma. Tentu kedua pandangan berbeda tentang di mana Maryam melahirkan menimbulkan lebih banyak selisih pendapat. Orang Kristen maupun Islam keduanya kokoh pada keyakinannya masing-masing.
Momen kelahiran Putera Maryam di Indonesia khususnya selalu menjadi topik tahunan yang hangat diperbincangkan menjelang 25 Desember selain umat Kristiani yang sibuk mempersiapkan perayaan Natal sebagian umat Islam pun juga sibuk beradu fatwa tentang boleh tidaknya mengucapkan Selamat Natal.
Ada beragam dalih yang dilontarkan untuk mengharamkan mengucapkan Natal bagi umat Islam mulai ayat tentang menyerupai suatu kaum hingga menganggap mengucapkan Natal berarti mengimani bahwa Yesus adalah anak Tuhan. Bagi saya pribadi mengucapkan atau tidak adalah pilihan masing-masing individu namun yang menjadi catatan buruk adalah apabila memilih untuk tidak mengucapkan tetapi sembari mengolok-olok orang Kristen. Toh kita mengucapkan Selamat Natal atau tidak rasanya tidak berdampak terhadap kadar keimanan orang Kristen.
Mengucapkan Selamat Natal juga tidak lantas mengonversi agama kita menjadi Kristen. harus dipahami bahwa agama Kristen baik yang Katolik Roma, Orthodox maupun Protestan memiliki serangkaian proses panjang hingga seseorang dapat dibaptis dan diakui memeluk agama Kristen. Jadi gimana ceritanya bisa langsung menjadi Kristen sebatas karena ucapan Selamat Natal? Selanjutnya memang benar bahwa umat Kristiani meyakini Yesus sebagai Putera Allah namun mengucapkan selamat atas kelahirannya juga tidak lantas kita wajib mengimani apa yang diimani orang Kristen sebagaimana ketika saya mengucapkan selamat ulang tahun kepada teman saya misalnya tidak berarti saya harus turut meyakini teman tersebut anak siapa. Di luar dalih-dalih agama yang sering dilontarkan untuk mengolok-olok perayaan Natal bagi saya pribadi mengucapkan Selamat Natal tak jauh berbeda dengan mengucapkan selamat ulang tahun dan tidak ada hal berbahaya dengan hal tersebut termasuk soal keimanan Islam saya.
Mengucapkan Selamat Natal tentu berbeda dengan merayakan ibadah perayaan Natal dan hal tersebutlah barangkali yang kerap disalahpahami sehingga menimbulkan praduga yang membawa-bawa kelunturan akidah. Saya pribadi tidak ada masalah dengan mengucapkan Selamat Natal namun saya tentu tidak berkenan apabila terdapat umat non-Kristen yang turut mengikuti ibadah Natal dengan serangkaian ritualnya karena hal tersebut akan sangat menyinggung perasaan umat Kristiani sebagaimana kejadian orang non-Katholik yang turut menerima Hosti di dalam Gereja Katolik yang kemudian menyinggung perasaan umat Katolik.
Perayaan Natal sebaiknya kita lihat dengan sudut pandang mata dan hati yang penuh welas asih sebagaimana Yesus atau Isa Al-Masih yang tidak pernah lelah menyerukan tentang cinta kasih tidak hanya kepada sesama manusia tetapi kepada semua ciptaan Tuhan termasuk di dalamnya binatang dan tumbuhan. Tidak ada masalah untuk memilih mengucapkan ataupun tidak toh hal tersebut juga bukan sebuah pilihan yang harus terus diperdebatkan dengan olok-olokan. Jika berkenan mengucapkan lakukanlah hal tersebut sebagai perwujudan dari laku kemanusiaan kita pun jika tidak berkenan mengucapkan ya sudah diam saja sebagaimana kata Romo Franz Magni-Suseno, SJ dalam buku berjudul Celoteh Romo Magnis bahwa pluralisme itu meyakini keyakinan sendiri benar tanpa menganggap keyakinan orang lain salah.
Mari bersama-sama kita gunakan momen Natal sebagai momen untuk meneladan sosok Putera Maryam yang terus menyerukan cinta kasih kepada sesama ciptaan agar kehidupan di bumi ini dapat terus berjalan dengan penuh keharmonisan tanpa perpecahan sebatas karena perbedaan dalil. Selamat merayakan Natal untuk semua saudara/i umat Kristiani di seluruh dunia, selamat untuk semakin meneladan Yesus Kristus!
Dewi Praswida, Aktivis Gusdurian, Penerima Beasiswa Nostra Aetate studi di Pontifical Institute for Arabic and Islamic Studies, dan Pontifical University of St. Thomas Aquinas, Italia