HIDUPKATOLIK.COM – USKUP Agung Pontianak (KAP), Mgr. Agustinus Agus mendapat penghargaan sebagai “Kakak” dari Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Kalimantan Barat, 20 November 2020. Penghargaan itu diterima di kota kelahirannya sendiri, Sanggau, Kalimantan Barat, dua hari menjelang hari ulang tahunnya yang ke-71.
“Saya sendiri kurang mengerti kenapa diberi penghargaan,” kata Mgr. Agus. Yang jelas, Oktober 2019, ia membuka pertemuan Pramuka Katolik se-Asia Tenggara di Yogyakarta. Nampaknya Majelis Nasional Pendidikan Katolik yang mengusulkannya untuk mendapat penghargaan sebagai tokoh Agama Katolik di kepramukaan.
Catatan Agus di kepramukaan bukan baru-baru ini saja. Sewaktu studi di Seminari Tinggi Kentungan, Yogyakarta, ia sempat lima tahun sebagai Pembina Pramuka di SMP Stella Duce, Dagen, Yogyakarta. Sebagai pastor muda di Sekadau, Kalimantan Barat, Agus juga aktif mendukung kepramukaan.
Nama Agustinus sendiri jelas tidak berkait dengan bulan kelahirannya. Dugaan Agus, orangtuanya terkesan pada Pastor Agustinus (seorang imam Passionis dari Belanda) yang membuka paroki di kampung kelahirannya Lintang, Sanggau.
Ia diangkat oleh Paus Fransiskus menjadi Uskup Agung tanggal 3 Juni 2014. Sebelumnya ia adalah Uskup Keuskupan Sintang sejak 29 Oktober 1999. Saat ini ia juga bertugas di Konferensi Waligereja Indonesia periode 2018–2021 sebagai Ketua Delegatus Dana Solidaritas Antar-Keuskupan, dan Anggota Dewan Moneter.
KAP yang dilayaninya kini memiliki 29 paroki dan satu Kuasi Paroki yang tersebar di Kota Pontianak, dan Singkawang; serta lima Kabupaten yaitu Sambas, Mempawah, Landak, Bengkayang, dan Kubu Raya. Luas wilayah KAP adalah 39.840 km² (bandingkan Jawa Tengah 32.800 km2). Jumlah umat Katolik awal tahun 2020 adalah 430.325 jiwa atau 13,7% dari 3.146.866 penduduk. Imam yang melayani adalah 20 diosesan, 49 Kapusin, 45 imam dari 12 tarekat. Serta 31 Bruder MTB, 14 Kapusin, dan 6 dari 5 kongregasi lainnya; disertai 350 lebih suster dari 27 kongregasi.
Dalam masa pandemi ini, ia harus memberikan renungan atau katekese secara virtual. “Ini hal baru dan tidak mudah, bicara monolog selama 30 atau 40 menit”, katanya. Sebelum pandemi, ia terbiasa menggunakan 60 % waktunya untuk kunjungan pastoral, menerimakan Sakramen Krisma, atau memberkati gereja di paroki/stasi.
Ia melihat tantangan utama saat ini adalah mau berubah dan menciptakan cara baru dalam berpastoral. “Seorang klerus harus bersifat visioner, menatap ke depan bahkan siap berhadapan dengan yang tidak terduga,” katanya.
Di kalangan umat KAP, tantangan utama adalah terbatasnya pengetahuan tentang Gereja Katolik dan ajaran-ajarannya. Hal ini akibat dari banyak yang dibaptis waktu bayi, dibaptis tanpa persiapan yang memadai, orang muda di sekolah-sekolah tidak mendapat pendidikan dan pengajaran agama Katolik.
Mgr. Agus sudah 30 tahun meninggalkan kegemaran bermain sepak bola. Saat masih uskup di Sintang masih sempat main ganda bulu tangkis. Kesukaan lain adalah memancing, tetapi sudah tak sempat lagi sejak bertugas di Pontianak. “Minggu lalu sempat memancing, tetapi hasilnya sedikit,” imbuhnya tertawa.
Cosmas Christanmas, Kontributor