HIDUPKATOLIK.COM – KERAHIMAN dan belaskasihan. Itulah kata yang hemat saya mewakili seluruh gerakan revolusioner yang dibawa Paus Fransikus, sejak keterpilihannya sebagai Paus. Sejak terpilih sebagai pengganti St. Petrus pada 13 Maret 2013 yang lalu, pemimpin tertinggi Gerja Katolik sedunia itu mengingatkan kembali identitas wajah Gereja sebagai wajah yang penuh kerahiman.
Misi Paus Fransiskus untuk mengembalikan wajah kerahiman Gereja menemukan dasarnya pada Kristus sendiri. “Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa” (MV 1). Wajah kerahiman Allah yang dibawa oleh Yesus dapat ditemukan dalam seluruh perumpaan tentang belas kasihan Allah dalam kisah-kisah Kitab Suci, khususnya Lukas 15. Dalam ketiga perumpaan itu, “Domba yang hilang, Dirham yang hilang, dan Anak yang hilang” Paus menemukan secara adekuat belaskasih dan kerahiman Allah. Belas kasih dan kerahiman itu terungkap dalam kebaikan Allah untuk mengampuni orang-orang yang berdosa. Semangat untuk saling mengampuni menjadi undangan yang ditujukan bagi seluruh anggota Gereja. Alasannya ialah, ‘belas kasihan bukan hanya tindakan Bapa, melainkan itu menjadi kriteria untuk memastikan siapa anak-anak-Nya yang sesungguhnya” (MV 10).
Panggilan dan perutusan Gereja yang mendasar ialah mewartakan dan membawa Kerahiman Allah. “Kerahiman adalah fondasi hidup Gereja sendiri” (MV 10). Tanpa Kerahiman, Gereja tidak bisa berbuat apa-apa. Seluruh karya misi Gereja – dengan segala variannya – akan menjadi sia-sia jika tidak mampu mengungkapkan wajah Kerahiman. “Saat ini, ketika Gereja diberi tugas dalam evangelisasi baru, tema kerahiman perlu ditawarkan lagi dan lagi dengan antusiasme baru dan tindakan pastoral yang dibarui” (MV 12).
Ajakan Paus Fransiskus untuk mengundang Gereja agar menunjukkan kembali wajah kerahimannya mengungkapkan dengan jelas moto episkopalnya “miserandoatqueeligendo” (Tuhan telah berkenan memilih aku dan mengasihi aku). Bapa Suci Fransiskus sungguh-sungguh memberikan angin segar yang sangat terasa oleh seluruh anggota Gereja akan identitas wajah Gereja sebagai yang penuh kerahiman. Univeraslitas panggilan dan perutusan Gereja akanmisi kerahiman tidak hanya menyangkut anggota Gereja saja melainkan untuk seluruh dunia dan segala isinya.
Visi kerahiman yang revolusioner yang dibawa oleh Paus Fransiskus sangat jelas terbaca dalam ensiklik-ensiklik yang dikeluarkannya selama masa kepemimpinannya.Visi kerahiman yang dibawa oleh Gereja harus menyentuh secara langsung: semua umat dalam mengalami sukacita Injil (EvangeliiGaudium), Alam ciptaan sebagai rumah bersama (LaudatoSi’), Semua orang dan anggota Gereja yang berdosa dan jauh dari kehidupan Gereja (MisericordiaeVultus), dan Penghayatan panggilan menjadi kudus bagi seluruh anggota Gereja (Gaudete et Exultate).
Kehadiran Paus Fransiskus dalam sejarah kepemimpinan Gereja Katolik pastinya bukan sebuah peristiwa kebetulan semata. Kehadirannya merupakan wujud penyelenggaraan Allah bagi umat manusia dan dunia. Visi revolusioner Paus Fransiskus dalam menampilkan kembali wajah kerahiman Gereja menjadikan Gereja tetap relevan bagi sejarah peradaban dunia saat ini.
Di tengah banyaknya kasus kekerasan atas nama agama, pelecehan seksual yang dilakukan para pemimpin Gereja, Masalah hidup perkawinan dan keluarga, Krisis yang melanda lingkungan hidup, pemiskinan yang terjadi di mana-mana, dan beragam persoalan lainnya, Paus mengajak Gereja untuk tidak tinggal diam dan menjadi penonton. Ia dengan tegas mengundang Gereja untuk menunjukkan wajah kerahimannya dengan terlibat secara aktif dalam semua gerakan yang membantu umat manusia dan alam semesta untuk keluar dari segala macam persoalan dan krisis yang membuat segalanya kehilangan sukacita.
Wajah kerahiman Allah yang dibawa oleh Gereja tidak hanya menjadi isi atau obyek pewartaan melainkan menginkorporasikannya dalam wajah Gereja itu sendiri.Dengan demikian, Kerahiman Allah dapat dirasakan oleh semua manusia yang mendapat sapaan dan pewartaan Gereja.
Hironimus Edison, SMM, mahasiswa STFT Widya Sasana, Malang, Jawa Timur