web page hit counter
Selasa, 5 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Ternyata Keraguan dalam Beriman Membuat Umat Bertanya

3.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – SEORANG umat mengatakan kepada saya, ia galau ketika mendengar, ada pastor yang pindah menjadi pemimpin agama lain, lalu menjelek-jelekkan kekatolikan. Yang unik adalah ia ini mulai merasa, ada banyak pertanyaan tentang iman Katolik, yang tidak ia ketahui. Mulai hari itu, ia menanyakan banyak hal tentang iman Katolik. Baru belakangan, dia mengatakan, sempat ragu dengan iman Katolik karena berbagai pergunjingan di media. Secara batin, ia mengalami iman ini sungguh membantu dia, tetapi karena ia mendengar banyak dari media, yang mempertanyakan iman Katolik, ia mulai merasa ragu. Pertanyaan tentang Tritunggal Mahakudus, Yesus sungguh Allah-sungguh manusia, dan berbagai tanya soal iman Katolik, menjadi hal yang tak sanggup diterima nalarnya.

Pengalaman satu umat ini, bisa mewakili banyak orang Katolik Indonesia. Beberapa gempuran terhadap iman Katolik, menjadi hal yang tampaknya sedang memberi efek viral di tengah dunia media. Di satu sisi menjadi berita buruk bagi kita, tetapi di sisi yang lain, menjadi berita positif. Dalam pengalaman umat yang saya jumpai itu, kegalauan iman membantu dia mencari dan mencoba memahami. Ini kesempatan yang baik untuk Gereja, mengingat ada pasar baru umat, yang perlu memperdalam pemahaman imam. Para imam dan lulusan Fakultas Teologi tentu adalah pribadi yang mempunyai tanggung jawab membantu umat.

Baca Juga:  "SOS": Ini Kebutuhan Mendesak Korban Erupsi Gunung Api Lewotobi Laki-laki

Iman Katolik memang didekati melalui dua hal: pengalaman dan pengetahuan. Pengalaman iman itu dipupuk melalui berbagai macam upaya mulai dari doa-doa pribadi, dukungan dari keluarga, kebersamaan dengan umat di lingkungan, sampai dengan berbagai macam bentuk peribadatan, mulai dari liturgi resmi Gereja yang meliputi berbagai sakramen dan ibadat harian, sampai kepada berbagai macam devosi. Pengalaman iman ini adalah hal yang penting dan dimiliki banyak umat. Hanya, kadang berhenti kepada ritualisme, karena tidak memberi ruang kepada “sapaan personal” Tuhan yang dalam Kitab Raja-raja ditemukan di dalam Angin Sepoi-sepoi basah (Raja 9: 12).

Gereja membantu umatnya memahami iman Katolik dari segi pengetahuan, melalui berbagai bentuk pendampingan, mulai dari pendampingan katekumen, komuni pertama, calon manten, pengolahan iman dalam masa Adven, APP, maupun pada Bulan Kitab Suci Nasional. Tentu juga, hal ini dilengkapi dengan pelajaran agama di berbagai jejang pendidikan. Di berbagai tempat, mulai dikenal kursus teologi sederhana untuk menunjang pengetahuan iman. Di dalamnya dikaji pemahaman iman dan ditawarkan untuk melengkapi pengalaman iman.

Baca Juga:  Renungan Harian 4 November 2024 “Hospitalitas”

Di balik dua macam pengembangan iman ini, terdapat kegelisahan, bahwa umat tidak berminat belajar memahami iman. Maka, umat terbiasa menjadi umat yang devotif, tetapi kurang dari segi pemahaman. Di sini, bisa jadi ada dua masalah yang saling berkelindan. Di sisi para teolog dan lulusan fakultas teologi, ada kesulitan untuk mengajarkan iman, sementara di sisi umat ada keengganan memperdalam pemahaman tentang iman.

Di tengah situasi ini, genderang yang digaungkan di media sosial bisa menjadi blessing in disguise. Umat mulai gelisah karena keengganan mereka memahami iman berujung ketidakmampuan menerangkan iman di hadapan media yang seringkali fulgar dalam hal menjatuhkan agama lain.

Ini adalah medan pewartaan baru yang harus digarap. Mengingat media pewartaan kita selama ini, kurang mudah dipahami dan terasa ketinggalan zaman, maka bisa jadi perlu ada kolaborasi dengan “anak zaman ini”, untuk melengkapi pengalaman iman kita dengan pengetahuan iman.

Baca Juga:  Donor Darah Alumni Kolese Jesuit Indonesia: Setetes Darah Menyelamatkan Kemanusiaan

Keraguan dalam beriman itu baik karena membuat umat bertanya. Tatkala coba dijelaskan, orang tidak lagi beriman secara buta. Tentu, iman tetap akan menyisakan ruang gelap karena otak kita tak cukup untuk menerka Tuhan yang mencipta kita. Namun, tidaklah bijak pula membiarkan umat terlalu gelap dalam memahami imannya.

Romo Dr. Martinus Joko Lelono, Imam Diosesan Keuskupan Agung Semarang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles