HIDUPKATOLIK.COM – 0 Hari Minggu Adven I Yes. 63:16b-17; 64:1, 3b-8; Mzm. 80:2ac, 3b,15-16, 18-19; 1Kor. 1:3-9; Mrk. 13:33-37
DENGAN memasuki Masa Adven, kita memasuki Lingkaran Tahun Liturgi baru. Kita semua tahu Tahun Baru Liturgi tidak mulai pada tanggal 1 Januari, melainkan pada Hari Minggu Adven I dan akan berakhir pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Sepanjang Tahun
Liturgi itu kita semua diajak untuk menjadi semakin sempurna dalam kasih, semakin maju menuju kesempurnaan hidup Kristiani.
Pertama-tama dengan mengharapkan kedatangan Yesus (Masa Adven), merayakan kelahiran Yesus (Masa Natal), mengikuti-Nya dengan mendengarkan sabda-Nya dan menyaksikan karya-Nya (Hari-hari Minggu Biasa sebelum Masa Prapaskah), mengikuti Yesus semakin dekat (Minggu-Minggu Prapaskah, Sengsara dan WafatNya), merayakan kebangkitan-Nya (MingguMinggu Paskah), merayakan kedatangan Roh Kudus (Minggu Pentekosta), menjalankan perutusan menjadi saksi Kristus yang bangkit dengan
mewartakan Kerajaan Allah sambil terus berusaha untuk semakin setia mengikuti Kristus (MinguMinggu Biasa sesudah Pentakosta) dan akhirnya merayakan kepenuhan harapan kita dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.
Kutipan Injil Markus yang dibacakan pada hari Minggu Adven I ini sebenarnya lebih berkaitan dengan kedatangan Kristus yang kedua pada kepenuhan waktu, yang juga sering disebut akhir zaman. Kutipan ini dibacakan pada awal masa Adven dengan pesan, agar dengan merayakan Natal, ketika kita mengenangkan kelahiran Yesus yang sudah terjadi, kita tidak melupakan perspektif masa depan, yaitu mengharapkan kedatangan-Nya
kembali dalam kemuliaan.
Kalau direnungkan dengan teliti, nasihat untuk berjaga-jaga menantikan kedatangan Tuhan
menurut Injil Markus ini sebenarnya terdiri dari dua perumpamaan yang berbeda. Perumpamaan yang pertama (ay. 34) berkaitan dengan orang yang bepergian – diandaikan bepergian dalam waktu yang lama. Perumpamaan ini dikembangkan secara panjang lebar dalam Mat. 25:14-30. Pesan utamanya adalah agar para hamba yang dipercaya untuk
mengurus harta tuannya menunjukkan kesetiaan dan tanggung jawab (Mat. 25:21).
Perumpamaan kedua (ay. 35), berkaitan dengan orang yang pergi ke perjamuan nikah. Ini tampak dalam kisah Luk. 12:35-40 yang mengembangkan perumpamaan pendek dalam Injil Markus. Pesan utamanya adalah agar orang waspada menantikan kedatangan Tuhan. Buah dari kewaspadaan ini – dalam kisah Lukas – boleh dikatakan pemerdekaan juga. Hamba-hamba yang waspada itu disebut “berbahagia” (Luk. 12:37), karena mereka akan
disilakan duduk makan dan dilayani oleh tuan mereka. Mereka yang semula hamba, diangkat martabatnya.
Kalau dipahami dalam arah ini, berjaga-jaga bukanlah ungkapan sikap cemas, melainkan
ungkapan kerelaan untuk bertumbuh menjadi semakin setia, semakin bertanggung jawab dan menjadi pribadi yang semakin merdeka atau dengan ungkapan lain, semakin bertumbuh menuju kesempurnaan kasih, kepenuhan hidup kristiani, semakin serupa dengan Kristus.
Keserupaan dengan Kristus ini dapat disimpulkan dari catatan waktu, saat orang yang bepergian ini mungkin pulang (Mrk. 13:35) menjelang malam, tengah malam, larut malam,
pagi-pagi buta. Penunjuk waktu itu sangat erat berkaitan dengan peristiwa hari-hari terakhir Yesus: menjelang malam Yesus mengadakan Perjamuan Terakhir (Mrk. 14:7), tengah malam Ia ditangkap dan dihadapkan ke Mahkamah Agama (14:53), larut malam Ia disangkal oleh murid yang Ia andalkan (Mrk. 14:72) dan pagi-pagi benar Yesus dibawa kepada Pilatus dan hukuman mati dijatuhkan (Mrk. 15:1).
Dengan memperhatikan penunjuk waktu ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa berjagajaga juga berarti mengikuti Yesus dengan setia sampai akhir. Semoga dengan terus-menerus menghayati lingkaran Tahun Liturgi Gereja Katolik yang mulai dengan Hari Minggu Adven I dan yang akan berakhir pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, kita semua terus bertumbuh menuju kesempurnaan kasih, menuju kepenuhan hidup Kristiani dan semakin serupa dengan Kristus. Selamat memasuki Masa Adven.
Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Agung Jakarta