HIDUPKATOLIK.com – Why. 15:1-4; Mzm. 98:1,2-3ab,7-8,9; Luk. 21:12-19
WEJANGAN Yesus kepada para murid di dalam perikop ini terkait dengan konsekuensi yang dipikul oleh setiap murid Tuhan. Pertama, penderitaan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari karya pewartaan. Dalam hal ini, Yesus telah memberikan teladan di dalam penderitaan
tersebut. Para pengikut Yesus juga akan melewati tapak penderitaan yang sama: ditangkap dan dianiaya oleh karena namaNya (ay. 17).
Kedua, penderitaan sebagai kesempatan untuk bersaksi. Setiap perjumpaan manusiawi menjadi ajang untuk mewartakan kebenaran firman Allah. Rasul Paulus mengatakan: “wartakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya” (2 Tim. 2,4). Di dalam penderitaan pun mereka dapat memberikan kesaksian tentang kebenaran Ilahi. Bahkan kesaksian di dalam penderitaan itu menjadi sebuah kesaksian yang otentik karena lahir dari pengalaman personal.
Ketiga, daya tahan di dalam penderitaan. Penderitaan yang hebat tidak hanya menyebabkan seorang murid berhenti bersaksi. Lebih dari itu, bisa saja ia kehilangan basis iman terhadap Kristus. Oleh sebab itu, setiap murid Yesus perlu belajar untuk mengembangkan ketabahan dan ketekunan di dalam penderitaan dengan cara mempersatukan penderitaannya dengan penderitaan Kristus sendiri.
Romo Marianus Oktavianus Wega, Licenciat Teologi Kitab Suci, Universitas Urbaniana, Roma