HIDUPKATOLIK.com – Why. 10:8-11; Mzm. 119:14, 24, 72, 103, 111, 131; Luk. 19:45-48
SEBAGAIMANA bacaan sebelumnya, Kitab Wahyu pada hari ini juga menampilkan lambang gulungan kitab, Sabda Tuhan yang menjadi perwahyuan yang harus disingkapkan Yohanes, pelihat dari Patmos itu, kepada jemaat-jemaatnya. Kisahnya jelas merujuk pada pengalaman panggilan Nabi Yehezkiel dalam Yeh 3:1-3. Rasul itu seperti Nabi yang harus
menginkarnasikan atau menjelmakan dalam daging Sabda Allah.
Firman Tuhan harus menjadi bagian dari hidup sang pewarta dengan cara menyantapnya, bagaikan makanan dengan rasa kombinasi, manis seperti madu tetapi sekaligus pahit seperti jamu. Manisnya Sabda Tuhan itu karena selalu menawarkan kabar sukacita keselamatan, pahitnya karena hal itu harus dilalui dengan darah, lewat penganiayaan dan
penderitaan. Pewarta Kabar Gembira harus mewarisi karisma kenabian ini karena tidak jarang harus menyatakan dengan berani dan terang-terangan yang sakral dan yang profan, yang benar dan adil di atas ketidakjujuran dan kemunafikan, atau Gereja bukan lagi menjadi rumah doa, tetapi sarang penyamun.
Romo Vitus Rubianto Solichin, SX, Dosen Kitab Suci STF Driyarkara, Jakarta