HIDUPKATOLIK.com – Why. 5:1-10; Mzm. 149:1-2, 3-4, 5-6a, 9b; Luk. 19:41-44
DI atas Bukit Zaitun, di seberang tembok Kota Tua Yerusalem, berdirilah sampai sekarang Gereja Dominus Flevit. Gereja ini dirancang dan dibangun antara tahun 1953 dan 1955 oleh arsitek Italia Antonio Barluzzi dan dipercayakan perawatannya di bawah para Fransiskan, Penjaga Tanah Suci. Gereja Domus Flevit, dari bahasa Latin yang artinya Tuhan
menangis, memang berbentuk tetesan air mata barangkali mau melambangkan air mata Kristus. Suasana di sekitar yang panas, kontras sekali dengan bagian dalam Gereja yang gelap, di mana dari belakang altarnya orang dapat melihat pemandangan Kota Suci Yerusalem. Di sanalah Yesus juga pernah berhenti, seperti yang kita baca dalam Injil pada
hari ini, Ia memandang dengan sedih kota Yerusalem, dan menangisinya kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu” (Luk. 19:41-42).
Sang pelihat dalam Kitab Wahyu mengatakan hal yang sama: “Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorangpun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya.” (Why. 5:4). Tetapi suara yang meyakinkan dia: “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.” (Why. 5:5) meyakinkan kita juga, bahwa Tuhan Yesuslah yang dimaksud sebagai pemenuhan nubuat itu, dengan persembahan diri-Nya sekali untuk
selamanya.
Romo Vitus Rubianto Solichin, SX, Dosen Kitab Suci STF Driyarkara, Jakarta