HIDUPKATOLIK.com – Why. 3:1-6, 14-22; Mzm.15:2-3ab, 3cd-4ab, 5; Luk. 19:1-10
SEPERTI undangan pertobatan yang menekankan kasih pada mulanya kepada jemaat di Efesus, demikian juga pesan Bacaan Pertama dari Kitab Wahyu hari ini. Begitu kerasnya pesan tersebut sampai dikatakan pada jemaat di Sardis: “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!2 Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku” (Why.3:2), bahkan kepada jemaat di Laodikia diserukan: “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya
jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin
atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” (Why.3:16).
Kasih itu tidak menunggu. Kasih tidak menunda-nunda. Kasih itu berlari, seperti Zakheus yang tidak sabar untuk melihat Yesus (bdk. Luk. 19:4) dan menjamuNya karena sapaan Yesus sudah lama dinantikannya seperti ketukan pintu seorang sahabat: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersamasama dengan Aku.” (Why. 3:20). Maka, Zakheus yang dibenarkan Tuhan, sesuai namanya, tidak menunda-nunda juga mengungkapkan pertobatannya. Sekalipun kedengarannya agak matematis (Lih. Luk. 19:8), karena memang ia seorang yang sehari-hari berurusan dengan uang, namun ia sadar bahwa Tuhan tidak pernah “hitung-hitungan” dalam memberikan kasih-Nya karena ia juga “anak Abraham” (Luk. 19:9).
Romo Vitus Rubianto Solichin, SX, Dosen Kitab Suci STF Driyarkara, Jakarta