HIDUPKATOLIK.com – Mrt; Flm. 7-20; Mzm. 146:7,8-9a, 9bc-10;Luk. 17:20-25
SETIAP keluarga, masyarakat, Gereja dan negara membutuhkan kesatuan. Selain figur pemimpin, dibuat pula lambang, semboyan, bendera, lagu dan sebagainya yang merepresentasikan cita-cita serta perjuangan untuk mewujudkan kesatuan yang mutlak diperlukan. Nilai dan citacita ini semakin relevan dalam sebuah komunitas plural dimana orang mudah jatuh ke dalam kepentingan pribadi atau kelompok sempit semata.
Yesus berdoa kepada Bapa untuk kesatuan para murid, sekaligus memberi teladan dan hidup-Nya sendiri. Rasul Paulus yang memiliki banyak pengikut, sampai akhir hidupnya terus berjuang agar para pengikutnya bersatu dan rela menerima sahabat-sahabat dekatnya sebagai sahabat mereka juga. Semua bangsa memiliki sejumlah tokoh atau
pahlawan yang rela mengorbankan nyawa demi kesatuan.
Santo Yosafat, lahir 1580 dengan nama Yohanes Kunzewich, adalah rasul ekumenis dan martir yang wafat karena kegigihan mempersatukan umat beriman di Ukraina. Tahun 1617 ia menjadi Uskup Gereja Katolik Yunani di Ukraina, rajin mengadakan doa-doa dan kelas-kelas yang melayani umat untuk lebih mengenal dan mencintai iman katolik. Hal ini tidak
disukai oleh musuh-musuhnya yang kemudian (tahun 1623) membunuh serta membuang jenasahnya ke sebuah sungai.
Monica Maria Meifung, Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta