web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Kawanan Domba Kristus di “Home Sweet Home”

2/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM-SEMENJAK tahun 2016 – 2018 saya bertugas sebagai imam muda di Paroki St. Yoseph Passo, Keuskupan Amboina, sebagai pastor rekan dan diserahi salah satu tugas menjadi moderator Orang Muda Katolik (OMK). Pengalaman menjadi moderator orang muda merupakan pengalaman yang mengasyikkan sekaligus penuh tantangan. Mengasyikkan karena sebagai imam muda saya memiliki rekan-rekan, sahabat yang masih tak terlalu jauh usianya dengan saya, tetapi sekaligus juga menantang, karena mereka adalah anak-anak muda yang memiliki latar belakang pemikiran dan impian yang berbeda-beda. Tahun pertama menjadi moderator, saya harus berjuang untuk menghilangkan “stigma” yang sudah terlanjur berkembang dalam pemikiran umat lainnya yang memandang OMK sebagai kelompok yang minim kreativitas, tempat orang berpacaran-mencari jodoh, tak terlalu diperhitungkan dalam kegiatan-kegiatan parokial waktu itu. Apalagi saat itu di dalam tubuh OMK sendiri masih ada blok-blok (kelompok-kelompok) yang saling bersaing satu dengan yang lain.

Titik Kebangkitan

Hal pertama yang coba saya lakukan adalah “masuk” dan menjadi bagian dari mereka, melalui diskusi atau dialog non-formal dengan tujuan untuk memahami apa yang sedang mereka gumuli, persoalan yang tengah mereka hadapi, kecemasan, harapan dan impian mereka. Kemudian memberikan pandangan-pandangan yang positif dan membangun dengan tujuan untuk mempersatukan mereka yang masih terbagi dalam blok-blok kecil. Saya mengajak mereka untuk melihat OMK bukan lagi sebagai sebuah organisasi formal, atau semacam sebuah LSM, tetapi sebagai sebuah “home sweet home”, organisasi OMK adalah rumahnya kaum muda, tempat mereka berkumpul, saling mendukung sebagai saudara (kakak-adik) dan selalu membuka diri “welcome home” bagi siapa saja orang muda yang mau bergabung. Maka menjadi tugas kita untuk menjaga rumah agar layak dihuni, juga setiap orang yang tinggal di dalamnya menjadi kerasan (at home).

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Sebagai moderator, saya juga senantiasa berkonsultasi dengan pastor paroki, juga para tokoh umat, rekan-rekan imam dan meminta saran ataupun masukan mereka demi pengembangan OMK. Saya percaya bahwa disinilah titik “kebangkitan” OMK, mereka mulai aktif, percaya diri dan semakin kreatif dalam mengembangkan potensi-potensi mereka. Satu hal yang penting bahwa mereka merasa: selalu didukung dan dimotivasi untuk terus berkembang dan berkarya. Semua pengalaman yang telah lewat menjadi motivasi mereka untuk terus menatap ke depan. Masa lalu bukan untuk diperdebatkan, tetapi sebagai lompatan untuk terus melangkah ke depan.

Saya yakin bahwa setiap pastor paroki atau para pembina OMK di mana saja berada pasti punya metode pembinaan dan pengembangan yang tepat dan efisien bagi OMK, tergantung situasi dan kondisi tempat pastoralnya. Beberapa hal yang kemudian dapat saya simpulkan dari pengalaman ini antara lain: pertama, yang harus dimiliki oleh seorang pembina/moderator OMK adalah “punya hati” untuk mereka ada “kepekaan/peduli”, sebab tak mungkin kita akan mampu membina mereka bila hanya setengah hati. Kedua, menjadi bagian dan berproses bersama mereka untuk mencapai tujuan bersama. Dengarkan apa yang menjadi kecemasan, pergumulan dan harapan-harapan mereka. Ketiga, berikan dorongan dan motivasi yang tepat, serta nasehat yang seperlunya bila mereka sedang dalam persoalan, jangan menggurui dan memandang rendah mereka.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Ingatlah selalu bahwa OMK adalah kawanan domba Kristus yang dititipkan kepada Gereja, maka sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan melindungi mereka. Kehilangan mereka adalah kehilangan masa kini dan akan masa depan Gereja. Sebab mereka yang nanti yang akan menjadi penerus Gereja. Perhatian, kepedulian, bimbingan dan motivasi yang baik sejak saat ini menjadi kunci keberhasilan mereka untuk membangun Gereja di kemudian hari. Memang tidak mudah, bukan suatu hal yang sederhana, tak semuda membalikkan telapak tangan dalam membina OMK apalagi dalam zaman milenial ini. Tapi disitulah Gereja ditantang untuk selalu kreatif mencari warna baru bagi pembinaan dan pengembangan OMK. Bagi saya bukan mereka yang sulit dibina, tapi cara berpikir kitalah yang perlu disederhankan untuk membina mereka. Pro Ecclesia et Patria-Salam Orang Muda Katolik.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Pastor Franz Kandunmas

Imam Keuskupan Amboina

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles