HIDUPKATOLIK.COM-KEUSKUPAN Tanjung Selor, Kalimantan Utara, mencanangkan Tahun Solidaritas Misi 2020-2021 dengan mengambil tema, “Inilah Aku, Utuslah Aku.” Pembukaan tahun misi ini telah dipuncaki dengan Misa syukur di Paroki Katedral Sta. Maria Assumpta, Tanjung Selor, Minggu, 18/10, oleh Uskup Tanjung Selor, Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF.
Penandaan tahun misi ini adalah perarakan Salib Solidaritas dari Paroki Katedral ke wisma Emaus, setelah itu diantar menuju Paroki Sta. Maria Bunda Karmel, Mansalong yang rencannya agar bisa diarak ke 43 stasi di paroki ini.
Pada hari Senin, 19/10, tepat pukul 10.00, setelah pendarasan doa Rosario, khusus bagian Peristiwa Gembira di kapel Wisma Emaus, salib diarak dalam suasana doa menuju mobil konvoi. Salib Solidaritas lantas diantar menuju Paroki Mansalong sesuai doa dan harapan Mgr. Yan Olla dan Panitia Solidaritas Misi Keuskupan Tanjung Selor.
Pada pukul 10.45, salib diarak menuju Paroki Mansalong dengan konvoi dua motor dan dua mobil. Tepat pukul 14.45, tim pengarak salib berhenti sebentar di Gunung Rian untuk makan siang, kira-kira 20 menit, lalu melanjutkan perjalanan.
Dalam perjalanan itu, tidak sedikit tantangan yang tim pengarak hadapi. Sesampai di Malinau, hujan deras mengguyur daerah itu. Syukur bahwa ada beberapa anak muda Katolik yang memilih bertahan di tengah hujan lebat demi menjaga salib tetap aman. Pada saat itu, muncul keraguan dan kekhawatiran jangan-jangan tidak ada penyambutan karena hujan deras. Meski melanjutkan perjalanan tetapi demi keamanan, lagi-lagi tim pengarak salib berhenti sejenak di perbatasan Kabupaten Malinau- Nunukan (Libang) untuk bersiap masuk wilayah Mansalong.
Kala itu, hujan masih mengguyur seantero Malinau, namun dengan tekad yang bulat: Salib Solidaritas harus sampai di tujuan sebelum malam hari. Setelah melewati ragam tantangan, cuaca, kondisi jalan licin, kelelahan fisik, dan tantangan lainnya, salib berhasil tiba di Mansalong.
Seperti merasakan mukjizat, pada pukul 17.00, salib tiba di Mansalong dalam cuaca cerah- tanpa hujan. Dari jauh, terlihat tim penjemputan Salib Solidaritas dengan pakaian adat lengkap. Mereka bersiap melakukan acara adat Agabag dengan narasi Mangun sebagai salah satu cara penyambutan “tamu agung” dalam budaya Suku Dayak Agabag. Salib Berkorpus yang diarak ini menjadi Tamu Agung yang melawat umat Katolik Paroki Mansalong. Diharapkan kehadiran Kristus di Mansalong makin menambah semangat hidup menggereja umat. Paling tidak Kristus mengubah hidup umat menuju cara hidup baru yaitu saling berbagi, bersolider dengan mereka yang kecil dan menderita.
Penerimaan ini juga ditandai dengan pelambaian kain kuning dan penghamburan beras kuning disertai kata-kata, “Mangun oh Mangun, pemilik langit dan bumi.” Setelah itu dilanjutkan dengan doa syukur dalam Bahasa Agabag dan tarian gong hingga ke depan gereja. Di saat yang sama, umat mengikuti prosesi dengan lilin bernyala. Di depan gereja, Salib Solidaritas disambut dengan sejumlah ritual penyambutan lainnya diantaranya kukui kemenangan.
Akhir acara ini, salib diarak ke dalam gereja dengan kukui sukacita. Di dalam gereja, umat menghormati salib dengan berlutut di bawah kaki Tuhan. Dalam suasana umat berlutut, umat mendapatkan berkat oleh Pastor Silvester. Setelahnya, salib ditakhtakan dan dilanjutkan dengan Misa bersama umat.
Mengungkit tema misi, Mgr. Yan Olla menambahkan bahwa tahun misi ini mengajak orang untuk bersukacita dalam mewartakan Kerajaan Allah. Para pekerja misi harus memperhatikan setiap orang yang dijumpai. Maka, semangat solidaritas dalam bermisi penting. Setiap orang harus solider dengan situasi konkret yang dihadapi dalam bermisi. “Sebab pada kenyataannya kita diutus kepada mereka yang sakit, miskin, menderita, dan sebagainya termasuk yang belum mengenal Kristus,” demikian Mgr. Yan Olla.
Yusti H. Wuarmanuk
Laporan: Pastor Stelo, Pr (Mansalong)