HIDUPKATOLIK.com – Gal.4:31b-5:6; Luk.11:37-41; Mzm. : 119:41,43,44,45,47,48.
KETIKA orang Israel dibebaskan dari perbudakkan bangsa Mesir, mereka menuju ke negeri terjanji sebagai sebuah bangsa pilihan Allah. Di gunung Sinai, Musa menerima kesepuluh Firman Allah yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan hidup bangsa Israel dalam relasi dengan Allah dan sesamanya. Dalam perjalanan waktu kemudian, hukum Musa tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya, karena ditafsirkan dan dipraktekkan menurut kepentingan para pemimpin agama ketimbang demi keselamatan rakyat Israel.
Mengikuti agama orang Farisi pada zaman Yesus, sama artinya dengan orang harus taat pada hukum dan aturannya sampai sekecil-kecilnya. Salah satu aturannya adalah orang harus mencuci tangan sebelum mengambil makanan. Yesus ditegur oleh seorang Farisi karena mengambil makanan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Teguran itu ditanggapi oleh Yesus dengan memberikan sebuah kritikan terhadap seluruh praktek hidup keagamaan mereka, yang lebih menekankan persoalan lahiriah tetapi membiarkan kejahatan membusuk dalam hati. Orang melaksanakan aturan tersebut bukan karena cinta akan kebaikan namun karena takut akan hukuman.
Rasul Paulus menegaskan bahwa kita tidak menjadi hamba dari hukum Taurat dan aturan-aturannya sebab kita telah ditebus, diberi hati baru dan roh baru dalam Yesus Kristus.
Bagaimana dengan penghayatan kita umat Kristiani sekarang terhadap berbagai aturan dalam Gereja?
Sr. Grasiana, PRR, Doktor Teologi Biblis dari Pontifi cio Univeritas St. Thomas Aquinas Angelicum Roma