HIDUPKATOLIK.COM-DI depan makam sang anak, Antonia Salzano menitikkan air mata. Bukan kesedihan, tetapi air mata kebahagiaan melihat tubuh anaknya Beato Carlo Acutis saat makamnya dibuka, Kamis, 1/10.
Kala pintu makam dibuka, tubuh Carlo masih dalam keadaan utuh. “Tubuhnya telah mati secara biologis, selama kurang lebih 15 tahun, tetapi masih terlihat utuh. Ia seperti tubuh fana yang ditakdirkan untuk dibangkitkan,” ujar Uskup Assisi, Mgr. Domenico Sorrentino dalam Misa pembukaan makam, 1 Oktober 2020 lalu.
Di depan makam sang anak, Antonia terus memandang lirih, penuh kekaguman. Meski tak bernyawa, Antonia dalam wawancara Catholic News Agency, Jumat, 2/10/2020, menyebutkan seakan sedang berbicara dengan Carlo. “Ia begitu manis. Seperti di kamar, hanya tertidur dan saya mendatangi kamarnya mengelus rambutnya, merapikan selimutnya, mematikan lampu, dan mengucapkan selamat tidur,” cerita Antonia.
Ungkapnya, Carlo sedang berbicara dengan saya. Ia memandang sambil berbisik lirih di telingaku, apakah ibu mencintai saya? Dengan berbinar saya menjawab, hidupku hanya untukmu.” Lantas, Carlo berpesan agar saya harus terus bersukacita dan menjadi pendoa bagi anak-anak lain yang kurang beruntung khususnya di bidang kesehatan.
Antonia berujar berat rasanya menjadi ibu seorang kudus, tetapi saya bangga. Carlo berhasil mewujudkan keutamaan hidupnya. Ia mengajari saya cara mencintai Tuhan yang tepat. “Meski saya sedih, tak lama bersamanya, tidak mengikuti wisuda kelulusannya, tak mendampinginya bernyanyi dan bermain game, tak merayakan ulang tahunnya, dan tak bisa menghiburnya dalam kesepian, tetapi saya bahagia. Ia adalah anak Allah, tetapi saya ibunya. Dan itu takdir, tak dapat diubah.”
Carlo, akan dibeatifikasi di Assisi 10 Oktober 2020 ini adalah contoh dari seorang remaja yang menggunakan internet untuk “mempengaruhi” orang agar lebih dekat dengan Tuhan.
Assunta Carlini
Pengalaman yang sama juga dialami ibunda Santa Maria Goretti yang bernama Assunta Angiolini Carlini. Sejak 9 tahun, Goretti sudah menjadi anak yatim, dan mengerjakan semuanya bersama ibu dan saudara-saudarinya di perkebunan. Dia dihormati sebagai martir karena keteguhannya untuk mempertahankan kesucian jiwanya sampai harus mengorbankan nyawanya. Setelah wafatnya, dia masih menunjukkan kemurnian hatinya dengan membimbing orang yang telah membunuhnya kepada pertobatan. St. Maria Goretti adalah salah satu orang kudus paling muda yang pernah dikanonisasi oleh Gereja Katolik.
Gadis kelahiran 16 Oktober 1890 di Corinaldo, di Provinsi Ancona, Italia, salah seorang putri pekerja perkebunan yang cantik dan saleh. Dia adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara. Maria Goretti meninggal demi mempertahankan kesucian jiwanya pada tanggal 6 Juli 1902, di usia 12 tahun. Dia dibeatifikasi oleh Paus Pius XII pada tanggal 27 April 1947, dan upacaranya dihadiri oleh ibunya, Carlini.
“Saat beatifikasi, Paus Pius menghampiri saya. Waktu itu, air mata saya tak terbendung. Paus meletakkan tangan di atas kepala saya, membelai rambut, sembari berkata, ‘ibu yang berbahagia, Ibu seorang Beata’, Anda harus menjadi berkat bagi orang lain, agar semua orang bisa melihat kemuliaan Goretti,” ujar Carlini.
Lanjutnya, saya hampir pingsan mendengar kata-kata Paus. Rasanya saya seperti seorang anak kecil, tak berdaya di hadapan Paus. “Bunda Maria tolong saya,” doa Carlini kala itu.
Tiga tahun kemudian, tanggal 24 Juni 1950, Beata Maria Goretti dinyatakan sebagai orang kudus oleh Paus yang sama, yang menyebutnya sebagai “St. Agnes abad ke-20”. Upacara ini dihadiri oleh sekitar 500.000 orang, termasuk Carlini di lapangan Basilika St. Petrus, Vatikan. Ia hadir dalam upacara kanonikasi bersama dengan empat putra-putrinya yang masih hidup.
Untuk pertama kali dalam sejarah, Antonia Salzano dan Assunta Carlini adalah dua wanita yang hadir menyaksikan proses beatifikasi atau kanonisasi anak mereka. Dua orang ini mencatat sejarah dalam proses penggelaran kudus seseorang untuk masuk dalam kalangan Hamba Allah, Venerabilis, Beato-Beata, atau Santo-Santa.
Alasannya bisa bermacam-macam, karena proses beatifikasi yang butuh waktu yang lama atau juga karena orang tua sudah meninggal terlebih dahulu. Dalam kasus Carlo dan Goretti, keduanya dinyatakan kudus tak berselang setelah kematian keduanya. “…Berbahagialah ibu yang telah mengandung enkau dan menyusui engkau… (Luk. 11: 27).
Yusti H. Wuarmanuk