Organisasi Katolik Vox Point Indonesia melakukan audiensi dengan Dirjen Bimas Katolik Yohanes Bayu Samodro, secara daring pada Senin (21/9). Di hadapan pengurus Vox Point Indonesia, Bayu menjelaskan jika dilihat sejarah perjalanan bangsa, berdirinya Vox Point Indonesia sudah masuk pada periode dimana reformasi sudah berjalan cukup lama sejak tahun 1998.
“Sebelumnya gerak demokrasi bangsa masih terus merangkak untuk menemukan jati dirinya. Di tahun 1998 semua memiliki kesadaran bersama untuk mereformasi republik ini dari berbagai macam sektor dan golongan juga agama,” ujar Bayu, Senin (21/9).
Menurutnya dalam kurun sejarah tersebut, masyarakat Katolik juga mengalami reformasi. Sebelum Vox Point Indonesia berdiri, sudah ada berbagai ormas Katolik yang berdiri.
“Hal ini juga merupakan proses kesadaran demokrasi Indonesia. Kita semua memiliki kesadaran yang sama bahwa umat Katolik harusnya menjadi bagian yang tidak boleh terlepas dari NKRI,” beber Bayu di hadapan organisasi yang berdiri pada 12 Maret 2016 dan telah berkembang di 20 DPD di tingkat Provinsi, 75 DPW di tingkat Kabupaten atau Kota, yang tersebar di 27 Keuskupan di seluruh Indonesia.
Vox Point Indonesia ingin membuktikan bahwa pengkaderan itu harus terus berjalan, harus terus digulirkan sehingga semakin banyak umat Katolik yang duduk dalam tugas-tugas perutusan di bidang yang lebih luas misalnya di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
Ia menambahkan di Lembaga-lembaga inilah Vox Point Indonesia harus semangat untuk kaderisasi. Karena dengan semakin banyak masyarakat Katolik yang terjun secara langsung, maka diharapkan pergerakan bangsa dalam perspektif ke-katolikan.
“Seperti yang disampaikan oleh Mgr. Soegijapranata yang mengemukakan ‘100% Katolik dan 100% Indonesia’ bukan menjadi slogan biasa, tetapi menjadi pribadi masyarakat Katolik Indonesia,” tambah Bayu.
Lebih lanjut Bayu membeberkan Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa. Dalam satu pulau atau daerah kecil, bisa terjadi perbedaan bahasa atau karakter. Ini semua diikat oleh semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam kesempatan tersebut ia meminta agar Vox Point Indonesia menjadi salah satu garda terdepan untuk menjaga Empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesiam (NKRI), UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi harga mati.
“Jika ada gerusan yang berasal dari kekuatan luar maupun dalam yang mencoba menggoyahkan, maka umat Katolik akan menjadi garda terdepan untuk menghadapi hal itu. Sangat diharapkan agar Vox Point Indonesia menjadi garda terdepan untuk menyelamatkan kokohnya 4 pilar ini,” tegas Bayu.
Bayu membeberkan musuh masyarakat Katolik adalah semua yang ingin menggoyahkan Pancasila, menggeser nilai-nilai kemanusiaan, dan ingin menggoyahkan NKRI. Musuh tersebut kata dia mesti dibasmi secara bersama-sama termasuk Vox Point Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut ia mengajak kader-kader dari ormas Katolik untuk terjun ke masyarakat, baik sebagai abdi negara atau profesi lainnya, agar semangat kasih menjadi garam dan terang dunia di mana pun berada, dapat memperbaiki harkat dan martabat dari masa-masa sebelumnya.
Pada kesempatan ini juga, Vox Point Indonesia menyampaikan aspirasi dan masukan terkait urusan agama dan pendidikan Katolik yang mereka temukan di lapangan.
Pertemuan ini juga dihadiri Direktur Urusan Agama Katolik Albertus Triyatmojo dan Kasubdit Pemberdayaan Umat Benediktus Haro.
Ketua Umum Vox Point Indonesia Yohanes Handojo Budhisedjati mengatakan rencana audiensi sudah diagendakan pasca pelantikan Dirjen Bimas Katolik pada 8 Agustus 2020 lalu.
“Namun, karena agenda kerja Vox Point Indonesia sangat padat maka baru bisa dilaksanakan. Kami sangat berterima kasih atas waktu dan kesempatan Pak Dirjen bisa beraudiensi dengan Vox Point Indonesai,” kata Handojo.