HIDUPKATOLIK.COM— Jika ada perbedaan pasti ada persamaan, jika hendak menghargai perbedaan maka terbiasa dengan kebersamaan. Dalam kehidupan masyarakat seperti adanya toleransi yang semuanya punya batasan dan ukurannya masing-masing dan tugasnya masing-masing. Toleransi yang dibangun, dikelola, tidak ada pemaksaan dalam pendapat setiap orang. Salah satunya dengan musuk. Musik dapat menjadii alat persatuan bangsa dan toleransi beragama, termasuk musik Gereja.
Kali ini, Canisius Catechism Club (CCC) mengajak umat untuk mengerti arti sebuah kata toleransi dari salah satu perjalanan hidup bersama narasumber Bagus Syaffrieza Paradhika, yang akrab disapa Bagus, dalam sebuah diskusi virtual.
Meskipun bukan seorang Kristiani, Bagus merupakan Praktisi Paduan Suara Musika Sakra. Istilah Musika Sakra sendiri masih terdengar asing di kalangan Orang Kristiani. Musik Sakra merupakan “Musik Sakrum” yang secara garis besar ialah musik yang kudus, yang disetiap lirik-lirik lagunya merupakan isi dari Ayat-ayat Alkitab, dengan suasana yang mendukung dalam berdoa, dan yang lainnya, hanya saja di tunjukkan melalui kompetisi paduan suara.
Baginya, bukan suatu masalah untuk terjun dalam bidang yang ia geluti sekarang. Ia tetap menjalani iman kepercayaannya. Manusia mempunyai tujuan yang sama yakni tertuju kepada Yang Maha Kuasa dan itu yang membuat adanya persatuan. “Bukan hanya saja jika akan tampil, sebelum memulai paduan suara akan diawali dengan doa bersama, disini setiap orang yang memimpin dalam doa selalu bergantian dan sesuai dengan kepercayaannya masing-masing,” ungkap Bagus.
Diskusi yang diselenggarakan secara virtual melalui kanal Youtube pada Kamis 10 September 2020 pukul 19.00 WIB ini mengusung tema Musik Gereja dan Toleransi Beragama.
Sonia Veronica