HIDUPKATOLIK.COM— Sinar mentari belum terlihat dari ufuk timur Umbria, namun para suster dari Kongregasi Suore Francescane Elisabettine Bige dari komunitas Asissi sudah bergegas menapaki gunung Subasio. Segera setelah sampai di puncak, para suster mengawali pagi itu dengan menyaksikan matahari terbit sebelum mengawali upacara. “Pagi itu kami awali dengan menyambut matahari pertama 17 Agustus 2020 di sana. Kami berdoa bersama, semoga matahari pertama ini menjadi tanda harapan utk perjalanan bangsa Indonesia Ke depan. Terutama di tengah situasi yang sulit ini” tutur Sr. Hermelinda Tamus.
Setelah menyaksikan sinar matahari pagi terbit merekah, mereka segera menancapkan tiang, memasang bendera, dan bersama menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” sambil memberi hormat kepada sang saka merah putih sebagai ungkapan kecintaan serta kebanggaan sebagai anak bangsa yang saat ini sedang berada di tanah rantau.
Mengapa di Gunung Subasio
Gunung Subasio adalah gunung tertinggi di wilayah Umbria. Dari atas gunung Kita bisa melihat pemandangan yang Indah ke seluruh penjuru wilayah Umbria dan sekitarnya sampai Roma. Di atas Subasio pula bisa disaksikan matahari terbit dan tenggelam dalam suasana penuh ketenangan.
Para suster memilih suasana yang Indah dan tenang di atas Subasio untuk merefleksikan kembali rasa syukur atas rahmat dan kebaikan Tuhan dalam perjalanan bangsa Indonesia selama 75 tahun. Situasi krisis penuh tekanan selama masa pandemi Covid-19, telah melahirkan pula rasa cemas yang gampang membuat setiap orang, bahkan satu bangsa kehilangan harapan. Tanpa harapan, masyarakat satu bangsa tidak akan kuat untuk bertahan di tengah krisis.
Berada di atas Subasio di pagi yang tenang itu membantu para suster untuk mengingatkan kembali semua berkat Tuhan atas perjalanan bangsa Indonesia selama 75 tahun. “Meski jauh dari tanah air, Kami ikut mendoakan bangsa Indonesia. Semoga masyarakat dan pemerintah Indonesia tetap kuat, bersatu, rukun agar sanggup melewati berbagai kesulitan selama masa pandemi Covid-19 ini,” imbuh suster asal Manggarai-Flores ini.
Suasana Pandemi Covid-19 mengakibatkan perayaan HUT kemerdekaan RI yg Ke-75 di Italia tidak dirayakan seperti biasa. Tiap tahun WNI di Italia merayakanya secara bergantian di KBRI Roma atau di KBRI Vatikan. Menurut kebiasaan, maka tahun ini, perayaannya dilakukan di KBRI Vatikan. Tapi dalam suasana pandemi perayaannya disederhanakan. Untuk diketahui saat ini para rohaniwan dan religius Indonesia yang berada di Italia berjumlah 1.670 orang tersebar di Italia.
Biasanya pada perayaan 17-an di KBRI semua diundang datang Ke Roma. Meskipun perayaan dilakukan dengan undangan terbatas, namun keadaan ini tidak menyurutkan semangat sekelompok suster indonesia dari kongregasi Suore Francescane Elisabettine Bige dari komunitas Asissi. Mereka tetap merayakan dirgahayu Republik Indonesia bersama di atas puncak gunung Subasio di Asissi, Italia.
Kongregasi Francescane Elisabettine Bige
Kongregasi para suster Francescane Elisabettine Bige adalah sebuah kongregasi kecil yang berdiri di Napoli tahun 1866. Kongregasi ini didirikan dengan semangat membantu pendidikan dan pelayanan keluarga miskin. Saat ini tersebar di beberapa negara seperti Panama, Kanada, Filipina dan Italia. Di Indonesia sendiri kongregasi ini bermisi di Keuskupan Ruteng. Saat ini seluruh anggota berjumlah kurang lebih 300 orang dengan 60 orang anggotanya berasal dari Indonesia.
Romo Leo Mali (Roma, Italia)