HIDUPKATOLIK.COM-KEUSKUPAN Banjarmasin baru saja memiliki seminari baru yang diberi nama Seminari Menengah St. Petrus. Tempat pembinaan calon imam ini diresmikan oleh Uskup Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang, pada Pesta St. Yohanes Maria Vianey, Selasa, 4/8/2020.
Dalam Misa yang digelar secara online ini, hadir juga para imam, suster dan beberapa umat, panitia pembangunan, dan juga tujuh seminaris yang menjadi angkatan pertama yang akan dididik dan dibina di seminari ini.
Mgr. Boddeng Timang dalam kotbahnya menjelaskan perihal tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit. Menurutnya, dalam setiap masa selalu dibutuhkan figur yang mengantar orang kepada Allah. Semakin canggih kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, semakin terasa bahwa dunia tanpa Allah adalah dunia yang kering. Walaupun di satu sisi kita terlibat dalam hidup dunia dengan bermacam-macam media yang disediakan bagi kita.
“Pada akhirnya ada rasa kerinduan akan keheningan, akan waktu di mana kita boleh memiliki kehendak sendiri, tanpa dikendalikan oleh media yang ada di luar kita. Dan keheningan itu adalah bertemu Tuhan dalam doa dan hidup spiritual kita,” ujar Mgr. Boddeng Timang.
Ia menjelaskan bahwa Gereja menjadi sarana bagi Allah dalam diri Yesus untuk mengantar banyak orang menemukan dan mengalami keselamatan dalam diri Yesus. Sejak awal Yesus mengantar para murid, 12 orang mewakili Bangsa Israel untuk menjadi alat bagi Allah. “Memanggil, menjemput, dan menerima manusia yang kehausan dalam ziarah di muka bumi ini sampai kepada akhir kehidupan, yaitu persatuan sempurna dalam diri-Nya,” ungkapnya.
Terkait proses pendirian seminari, Mgr. Boddeng Timang menjelaskan bahwa seminari ini dimulai sejak 11 tahun yang lalu. Lewat berbagai proses dan persiapan, serta perjuangan oleh tim, akhirnya seminari ini bisa diresmikan.
Nama seminari St. Petrus bukan sebuah kebetulan. Pada Bacaan Harian Misa pentahbisan ini, bacaan pertama dari Surat Rasul Petrus Bab 5. Dalam surat ini Petrus mengingatkan bahwa, “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padaku. Jangan terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah.” (Petr. 5:2-3). “Berdasarkan ayat ini, panitia mengusulkan untuk diberi nama St. Petrus,” sebut Mgr. Boddeng Timang.
Lanjutnya, “Petrus mau mengingatkan kepada setiap orang yang rindu akan pelayanan bahwa melayani sesama harus dengan sukacita tanpa paksaan. Semangat pelayanan itu harus keluar dari diri sendiri bukan dari orang lain,” ungkapnya.
Kepada tujuh seminaris juga, Mgr. Boddeng Timang mengingatkan bahwa sebagai angkatan pertama, para seminaris hendaknya mengikuti teladan St. Yohanes Maria Vianey dan Santo Petrus. Dalam kesederhanaan dan ketakberdayaan sebagai manusia Maria Vianey mau memberi diri untuk Tuhan. “Santo Petrus dan Maria Vianey membuktikan bahwa menjadi imam itu tidak harus orang yang sempurna. Cukup dengan rasa sukacita dan kesetiaan, kita bisa mencapai pelayanan yang diinginkan Tuhan” sebut Mgr. Boddeng Timang.
Yusti H. Wuarmanuk