HIDUPKATOLIK.COM— Satu ledakan besar mengguncang ibukota Libanon, Beirut pada Selasa sore, 4/8. Hal ini memicu kebakaran dan menghancurkan bangunan di daerah pelabuhan kota. Beirut berubah bak kota bekas wilayah perang. Seluruh kota mengalami kerusakan dan rumah sakit kebanjiran korban ledakan.
Beberapa sumber berita lokal melaporkan bahwa setidaknya 10 orang tewas. Video mengenai ledakan itu telah muncul secara daring yang menunjukkan banyak mobil terbalik di jalan-jalan kota dan gedung, jendela, serta balkon hancur. Menanggapi peristiwa pilu ini, para pemimpin umat Kristen di Libanon dan di seluruh dunia telah menyerukan doa bersama, serta Perdana Menteri Libanon, Hassan Diab mengumumkan bahwa hari Rabu menjadi hari berkabung di seluruh negeri.
Sebanyak 60% orang Libanon adalah Muslim, terbagi rata di antara Sunni dan Syiah. Selain itu, hampir 35% populasi negara ini adalah Kristen, yang sebagian besar adalah Katolik Maronit. Setelah ledakan, diperkirakan umat Katolik akan melemparkan diri dalam doa dengan perantaraan St. Charbel, santo pelindung Libanon, yang juga dihormati oleh banyak Muslim Libanon.
Raymond Nader, seorang Katolik Maronit dan devosan St. Charbel, mengatakan kepada CNA pada hari Selasa bahwa ia akan beralih ke perantaraan santo itu. “Situasi ini adalah bencana besar di Beirut. Ratusan orang terbunuh dan terluka serta bangunan hancur,” ungkapnya sedih.
St. Charbel Makhlouf hidup dari tahun 1828 hingga 1898. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai seorang biarawan dan pertapa. Di Libanon, ia dikenal sebagai penyembuh ajaib dari mereka yang mengunjungi makamnya untuk mencari perantaraan doanya – baik umat Kristen maupun Muslim. “St. Charbel tidak memiliki batasan geografis atau pengakuan. Tidak ada yang mustahil untuk [perantaraannya] dan ketika orang-orang meminta [sesuatu], dia menjawab, ” tutur Pastor Louis Matar, koordinator Shrine of St. Charbel di Annaya, Libanon, mengatakan kepada CNA pada 2018.
Berbicara dalam bahasa Arab dengan bantuan seorang penerjemah, Pastor Matar mengatakan tempat suci itu, yang meliputi biara tempat imam, biarawan, dan pertapa Katolik Maronit itu hidup selama hampir 20 tahun, menerima sekitar 4 juta pengunjung setahun, termasuk umat Kristen dan Muslim.
Pastor Matar, yang bertanggung jawab untuk mengarsipkan ribuan kisah penyembuhan yang terverifikasi secara medis terkait dengan perantaraan doa orang kudus ini mengatakan bahwa banyak penyembuhan ajaib telah diperoleh oleh umat Islam.
Sejak 1950, tahun dimana biara mulai secara resmi mencatat penyembuhan ajaib, mereka telah mengarsipkan lebih dari 29.000 keajaiban. Sebelum tahun 1950, mukjizat diverifikasi hanya melalui kesaksian seorang imam. Sekarang, dengan teknologi medis yang lebih maju, mukjizat yang diduga membutuhkan dokumen medis mampu menunjukkan penyakit awal orang tersebut membaik tanpa dapat dijelaskan.
Salah satu mukjizat yang didokumentasikan oleh Pastor Matar pada bulan Desember 2018, ketika ia berbicara dengan CNA, adalah seorang perempuan Italia berusia 45 tahun. Ia menderita penyakit neurologis, dan dirawat di rumah sakit setelah diketahui mencoba bunuh diri dengan mengonsumsi cairan asam kimia. Di rumah sakit, para dokter menemukan bahwa kerusakan pada kerongkongan dan ususnya begitu luas, “cara terakhir untuk menyembuhkannya adalah percaya pada Tuhan dan berdoa,” komentar Pastor Matar.
Orang tua perempuan itu pun mulai berdoa, mengundang orang lain untuk berdoa bersama mereka. Seorang saudari yang religius dari Gereja Katolik Maronite mendengar tentang permintaan doa itu dan memberi mereka minyak suci dari Shrine St. Charbel. Setelah orang tuanya menyebarkan minyak suci itu ke perut, dada, dan kepala perempuan yang menderita itu, ia sembuh. Ini hanya salah satu dari tujuh mukjizat yang diarsipkan pada bulan Desember. “St. Charbel adalah alat untuk mencapai Tuhan, ”imbuhnya.
Shrine St. Charbel terdiri dari Biara St. Maron, tempat santo itu hidup selama 19 tahun dengan pengabdian yang luar biasa pada doa, kerja kasar, dan keheningan kontemplatif. Pertapaan ini adalah tempat di mana ia hidup dengan asketisme yang keras dan penyatuan yang mendalam dengan Tuhan selama 23 tahun terakhir hidupnya.
Di biara, peziarah dapat mengunjungi sebuah gereja yang dibangun pada tahun 1840, sebuah museum kecil dengan artefak dan peninggalan dari orang kudus itu, serta situs kuburan pertamanya. Makam St. Charbel, sejak tahun 1952, terletak di dalam sebuah kapel mirip gua yang dibangun di dalam gedung.
Bahkan ketika dia masih hidup, superior Charbel telah mengamati “kekuatan gaib” Tuhan yang bekerja dalam hidupnya. Diketahui juga beberapa umat Muslim mengenalnya sebagai pekerja ajaib. Ia begitu mengabdikan diri untuk Ekaristi. Pada 16 Desember 1898, ia mendapat serangan stroke saat merayakan Liturgi Ilahi Gereja Katolik Maronit. Dari situ, ia menjadi sekarat pada Malam Natal tahun itu. St. Charbel dikanonisasi pada tahun 1977 oleh St Paus Paul VI.