HIDUPKATOLIK.COM-Pagi itu, Jumat, 10 Juli 2020, pukul 12.00 WIB, kami menghubungi Pastor Vincentius Markus Marlon MSC. “Pastor, bila berkenan membantu kami menulis tentang Provinsi Gerejawi Makassar, khususnya Keuskupan Manado. Seandainya Pastor lagi sibuk, adakah rekomendasi Pastor MSC yang bisa menulis.”
Pesan ini kami alamatkan kepada nomor WhatsApp Pastor Marlon sehubungan dengan Rubrik Sajian Utama Majalah HIDUP edisi 32 tentang Provinsi Gerejawi Makassar. Dalam pengalaman kami, Pastor Marlon seorang yang sudah terbiasa dalam menulis. Ide-idenya mengalir dalam refleksi-refleksi pastoral sesuai konteks sosial budaya.
Bukan juga alasan karena kami sama-sama alumnus dari Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STF-SP). Permohonan kami semata-mata melihat sepak terjang Pastor Marlon yang beberapa kali menyuarakan pendapat dengan berbagai tulisan. Beberapa kali dalam pengalaman ia pernah menulis soal beberapa tulisan tentang kehadiran MSC di Vikariat Apostolik Celebes.
Saya ingat tahun 2011, Pastor Marlon waktu itu menjadi Redaktur Percikan Hati, buku renungan milik Skolastikat MSC Pineleng ini. Pastor Marlon pernah menulis dalam sebuah butir renungannya, Mei 2011: “Andai hidup dapat diubah, tentu kita akan memilih menjadi pribadi yang terlihat membanggakan orang lain. Padahal kita tidak tahu, kebanggaan orang lain kepada diri kita, bisa saja berubah menjadi bara api yang siap menghanguskan diri kita. Menjadi orang Katolik, jangan berharap dibanggakan orang lain tetapi berharap dibanggakan oleh Yesus lewat perilaku hidup kita sehari-hari.”
Atas panggilan ini, Pastor Marlon menjawab pesan kami, “Yustinus, saya akan menulis tetapi saya butuh waktu karena saya sedang dalam kurang enak badan. Saya akan berkabar bila saya bisa menulis, tetapi bila tidak maka bisa merekomendasikan Pastor Bohm MSC, misionaris Belanda yang saat ini bertugas di Keuskupan Amboina,” tulisnya memastikan dirinya tidak bisa menulis.
Sebaga wartawan, saya merasa berterima kasih karena Pastor Marlon tidak saja memberi jawaban pasti tetapi membantu kami mencari jalan keluar. Di akhir pesan itu, beliau sempat menulis, “Salam sehat selalu dan sampaikan salam untuk keluarga.” Nasehat ini menjadi pesan terakhirnya kepada saya.
Dari informasi yang beredar di group alumni STFSP, Pastor Marlon sedang dalam keadaan pemulihan kesehatan karena penyakit gula. Kami menunggu hingga deadline waktu yang ditentukan, ternyata Pastor Marlon tak kunjung berkabar. Dari group yang sama kami mendapatkan kabar kematian Pastor Marlon di Talisayan, Kalimantan Timur, 5 Agustus 2020. Sebuah berita yang mengejutkan bagi saya pribadi sekaligus bagi konfrater Tarekat MSC. Kami yakin, Pastor Marlon akan menjadi penulis hebat dalam Kerajaan Surga.
Data Pribadi
Pastor Marlon memulai panggilannya dari Seminari Mertoyudan, Magelang tahun 1982. Ia adalah adik kandung dari Sr. Paulina CB, yang sekarang bertugas di RS. Barromeus Bandung. Ia tercatat perjalanan panggilannya sebagai imam MSC 24 tahun dan sebagai religius MSC selama 32 tahun.
Ia dilahirkan di Gunung Kidul, Yogyakarta, 22 Januari 1966 dari pasutri Zepherinus Soehardi dan Christina Sumirah. Pendidikan Dasar di SD Kanisius, Bogor, Playen, Gunung Kidul. SMPN Playen Gunung Kidul, Seminari Mertoyudan dan melanjutkan studi di STF-Seminari Pineleng. Masa novisiatnya di MSC Karanganyer, Kebumen, Jawa Tengah.
Pada 15 Juli 1988, ia berkaul sebagai MSC di Karanganyer, berkaul kekal sebagai MSC di Skolastikat Seminari Pineleng. Ia ditahbiskan sebagai diakon oleh Mgr. Josephus Suwatan MSC di Pineleng dan ditahbiskan imam oleh Mgr. Andreas Sol MSC di Paroki Stella Maris Pluit, Jakarta Utara pada 17 April 1996.
Pastor Marlon pernah menjadi pastor rekan paroki St, Maria Purworejo (1996-1997), Pastor rekan di Paroki Hati Kudus Yesus Tegal (1997-1998), Pastor Paroki St. Lukas Pemalang (1998-2001). Tahun 1999 ia sempat menjabat sebagai Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Purwokerto, tahun 2001-2008 menjadi Pastor Paroki St. Yohanes Rasul Kutoarjo, dan thaun 2003-2010 berkarya di Keuskupan Agung Merauke sebagai Ekonom. Tahun 2009-2010, ia menjabat sebagai peimimpin komunitas Basis Merauke, koordinator Pusat Pelayanan Misionaris MSC daerah Papua.
Pada tahun 2011-2012, ia menjadi pembina di Skolastikat MSC Pineleng dan menjadi Redaktur Percikan Hati. Tahun 2015-2016, ia menjadi pastor rekan di Paroki St. Eugenius de Mazenod, Tanjung Redeb, Keuskupan Tanjung Selor. Pastor Marlon meninggal saat menjabat sebagai pastor paroki st. Yosep Dumaring, Keuskupan Tanjung Selor, Kalimantan Timur.
Penulis Buku
Pastor Marlon semasa hidupnya pernah menulis sebuah buku berjudul, “Sembuh dari Gelisah”, sebuah tulisan tentang pengalaman kegelisahannya. Mengutip Kitab Ayub, “bila aku pergi tidur, maka pikirku, bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh gelisah sampai dini hari (Ayub 7:4). Tulisan ini sebagai refleksi dari pengalaman rasa sakit akibat kesehatan dan kegelisahan sebagai imam di tengah dunia.
Pastor Marlon mengangkat sebuah pertanyaan seputar kegelisahan, Mengapa aku hidup di dunia, mengapa ada kematian, mengapa ada penderitaan, mengapa orang baik susah dan orang jahat hidupnya makmur? Pertanyaan-pertanyaan ini membuatnya berefleksi dan mengajak pembaca agar memahami bahwa kegelisahan itu harus diserahkan dalam Yesus.Tulisan ini mengisyaratkan bagaimana Pastor Marlon menghadapi kegelisahan karena penyakitnya dengan penuh syukur.
Selamat jalan, konfrater, imam kami, kehadiranmu di dunia telah mewarnai panggilan para konfrater. Masuklah dalam keabadian surga.
Yusti H. Wuarmanuk