HIDUPKATOLIK.COM-CANDA TAWA mengiringi perjalanan Orang Muda Katolik Paroki St. Yohanes Penginjil Masohi, Keuskuapan Amboina, dalam kegiatan pembagian sembaki di tengah masa pandemi. Di atas mobil pick up, mereka bercerita santai tentang banyak hal. Sesekali terdengar percakapan soal kehidupan menggereja, persoalan konkrit umat,soal toleransi di Masohi hingga persoalan kaum muda.
Cerita mereka seakan tak ada habisnya. Banyak topik pembicaraan yang menemani perjalanan mereka dari pusat kota Masohi hingga tiba di Stasi Simalou. Salah satu keunikan stasi ini adalah rata-rata umatnya adalah penduduk asli Suku Nuaulu (Naulu).
Suku Naulu adalah suku di selatan-tengah Pulau Seram, Maluku. Naulu berasal dari kata “noa” yang merupakan nama sungai serta “ulu” yang artinya kepala sungai. Secara harafiah penduduk ini adalah orang-orang yang mendiami hulu sungai Noa. Hingga sekarang masyarakat asli ini masih mendiami pesisir pantai dan juga sebagian di hutan.
Masyarakat Nuaulu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok utara dan kelompok selatan. Masyarakat Naulu Utara menghuni dua desa di pantai utara Pulau Seram tengah, sementara kelompok Selatan menghuni enam desa di pantai selatan dan pedalaman Kabupaten Amahai.
Dari Kekurangan
Kepala Paroki St. Yohanes Penginjil Masohi, Pastor Pius Lawe SVD mengatakan bantuan kali ini merupakan aksi sosial gelombang ketiga. Sembako ini dikumpulkan secara sukarela dari kekurangan umat. Meski rata-rata umat di pusat paroki adalah menengah ke bawah, tetapi semangat berbagi sangat terasa.
“Mereka secara ekonomi juga terdampak di tengah masa pandemi. Tetapi ada satu komitmen dalam diri mereka bahwa ada umat lain yang hidupnya jauh lebih susah daripada mereka,” tutur Pastor Pius.
Bantuan gelombang ketiga ini berupa beras, sarimi, minyak goreng, gula pasir, maupun bantuan sejumlah uang untuk pengadaan sembako. “Kali ini bantuan diberikan kepada umat yang ber-ekonomi lemah dan bantuan gelombang ketiga ini diperhitungkan bagi tukang becak, tukang ojek, buruh bangunan, buruh pelabuhan, dan para petani tak berlahan (penggarap lahan),” ungkap Misionaris Serikat Sabda Allah ini.
Ada sebanyak 229 kepala keluarga yang mendapatkan bantuan ini. Kali ini tidak saja Stasi Simalou, tetapi juga Stasi Makariki. Sementara Stasi Yalahatan dan Stasi Salamahu sudah mendapatkan bantuan beberapa minggu lalu.
“Sebenarnya total keseluruhan kepala keluarga adalah 229. Saat ini baru 63 kepala keluarga yang mendapatkan bantuan di dua stasi yaitu Stasi Simalou dan Stasi Makariki. Masih ada 166 kepala keluarga yang belum mendapatkan. Tetapi kami akan berusaha agar menyapa semua warga tanpa terkecuali,” sebut Pastor Pius.
Terlepas dari itu, kata Pastor Pius, ia mengucapkan terima kasih atas bantuan dari semua umat yang dengan caranya tersendiri telah memberi sumbangan.
“Paroki terus memiliki komitmen untuk membantu masyarakat di tengah masa pandemi ini.Komitmen ini diwujudkan dengan program bantuan sosial kepada masyarakat. Dalam waktu dekat akan diberikan bantuan ke stasi lain yaitu Stasi Koriano, Waur dan Stasi Amahai,” katanya.
Yusti H. Wuarmanuk