HIDUPKATOLIK.com – Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Najib Burhani merasa prihatin oleh maraknya praktek intoleransi dan diskriminasi terhadap kaum minoritas di Indonesia saat ini. “Kaum minoritas ini mengalami semacam dilema, seperti buah simalakama. Kalau mereka tidak berpolitik dianggap hanya berpikir bisnis dan cari untung, ketika mereka ikut berpolitik malah dianggap oportunistik. Jadi serba salah,” ujarnya di
hadapan para pastor, biarawan-biarawati dan sejumlah katekis pada Temu Karya Komisi Kateketik Regio Jawa di Wisma Samadi, Jakarta Timur, Rabu 12/2.
Persoalan yang berkaitan dengan intoleransi dan diskriminasi ini sebetulnya kembali mengemuka setelah beberapa aksi tahun 2016 dan 2017 seputar Pilkada Jakarta. Dilema lain yang dikemukakan oleh Najib adalah soal kasus pembangunan rumah ibadat. “Di satu sisi ada persyaratan untuk membangun kerukunan, tetapi kemudian ini justru menjadi alat represi yang menekan kaum minoritas untuk tidak mendirikan rumah ibadah,” kata anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) ini.
Meski begitu, di tengah situasi seperti ini, Najib mengajak untuk terus merajut benang toleransi. Hal ini dapat dilakukan terutama dengan menjalin kebersamaan dengan semua orang yang berkehendak baik. “Menjaga toleransi dengan semua orang yang berkehendak baik adalah kunci, terutama kelompok-kelompok minoritas suku, agama, budaya, yang selama ini mendapat perlakuan yang kurang adil,” ujar Peneliti Senior
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Herman Bataona, CMF
HIDUP NO.09 2020, 1 Maret 2020