HIDUPKATOLIK.COM— Sekelompok negara yang dipimpin oleh Burkina Faso mengusulkan gagasan pembahasan isu rasisme kepada Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) pada hari Senin, 15/6. Di dalam Sesi ke-43 Dewan HAM itu, hadir Pengamat Tahkta Suci untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Internasional lainnya, Mgr. Ivan Jurkovič. Pada sesi itu, Mgr. Jurkovič menyatakan urgensi atas isu rasisme yang berkembang. Kemudian saudara laki-laki George Floyd, korban pembunuhan dari isu rasisme, Philonise, juga menyampaikan keprihatinannya kepada lembaga internasional ini pada hari Rabu melalui sebuah pesan video.
Diskriminasi rasial tidak dapat ditoleransi
Mgr. Jurkovič menyampaikan pernyataannya atas nama Tahkta Suci pada hari Kamis, 18/6. Di dalamnya, ia menyatakan bahwa Takhta Suci ingin menegaskan kembali keyakinannya yang konsisten dan tegas bahwa diskriminasi rasial dalam segala bentuknya sungguh tidak dapat ditoleransi. Ia menegaskan kembali didasarkan pada kenyataan bahwa semua manusia, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah memiliki martabat yang sama, terlepas dari ras, bangsa, jenis kelamin, asal, budaya atau agama. Dengan demikian, adalah tanggung jawab negara untuk mengakui, mempertahankan dan mempromosikan hak asasi dasar setiap orang.
Uskup kelahiran 10 Juni 1952 ini lalu mengutip ceramah Paus Fransiskus yang diberikan selama pertemuan dalam Ziarah Gipsi pada 26 Oktober 2015, “Waktunya telah tiba untuk mengakhiri prasangka kuno, prasangka dan ketidakpercayaan satu sama lain yang sering menjadi dasar dari diskriminasi, rasisme dan xenofobia. Tidak ada yang harus merasa terisolasi, dan tidak ada yang berwenang untuk menginjak-injak martabat dan hak-hak orang lain.” Kemudian melansir vatican news, ia menyatakan bahwa menginjak-injak martabat yang tidak dapat diganggu gugat (red: manusia) sama dengan menginjak diri sendiri.
Mgr. Jurkovič pun mengakhiri pernyataannya dengan kembali mengutip pernyataan Paus Fransiskus selama Audiensi Umum 3 Juni 2020, “Kita tidak bisa mentolerir atau menutup mata terhadap rasisme dan pengucilan dalam bentuk apa pun dan mengklaim untuk membela kesucian setiap kehidupan manusia. Pada saat yang sama, kita harus mengakui bahwa kekerasan itu merusak dan menghancurkan diri sendiri. Tidak ada yang diperoleh dengan kekerasan sebab begitu banyak yang hilang.”
Felicia Permata Hanggu