HIDUPKATOLIK.COM Orang muda hendaknya mempunyai relasi yang intim dengan Sang Pencipta. Dengan begitu, hatinya akan tulus melayani dan mendapat sukacita.
TAHUN 2010, Misa yang dibawakan dalam bahasa Inggris mulai diadakan di Paroki Redemptor Mundi, Surabaya, Jawa Timur. Misa ini diadakan sebagai bentuk pelayanan bagi para warga asing yang tinggal di Kota Pahlawan itu. Selain Misa, paroki juga membuka pelayanan Sunday School (Sekolah Minggu), bagi anak-anak expatriate dan anak-anak yang sehari-hari menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi.
Untuk pelayanan Sunday School ini, paroki dibantu oleh beberapa anak muda Katolik yang mampu mengajar pendalaman iman dalam bahasa Inggris. Seiring waktu, semakin banyak anak muda yang tertarik melayani sebagai guru Sunday School. Untuk itu, Kepala Paroki Redemptor Mundi, Romo Adrian Adiredjo, OP berpikir untuk mengumpulkan mereka dalam sebuah komunitas.
Romo Adrian menginginkan, agar komunitas yang ia bentuk ini, nantinya juga menjadi wadah bagi anak-anak muda di parokinya, yang baru saja pulang belajar dari luar negeri. Alhasil, komunitas yang diimpikan Romo Adrian pun terbentuk, dengan anggota awal yang terdiri dari para pengajar Sunday School. Romo Adrian menamai komunitas ini Gaudens Cor. Nama ini diambil dari bahasa Latin yang berarti ‘hati yang bersukacita’. Nama ini juga mengacu pada hari Minggu Adven Ketiga yang disebut hari Minggu Gaudete atau Minggu Sukacita. Pada hari ini juga Gaudens Cor memperingati hari kelahirannya.
Berkembang Pesat
Misa Minggu Bahasa Inggris di Paroki Redemptor Mundi diselenggarakan setiap Minggu pukul 10.00 WIB. Setiap Misa ini, pada waktu yang bersamaan diadakan juga Sunday School. Pada kesempatan inilah, Gaudens Cor bertugas mendampingi anak-anak untuk belajar tentang iman Katolik di Sunday School.
Ketika Misa diadakan pada Minggu sore jam 18.30 WIB, Gaudens Cor bertugas menjadi kolektan dan asisten imam, karena Sunday School hanya diadakan pada Misa di pagi hari.
Olivia Handayani sejak awal terpanggil menjadi salah satu guru Sunday School. Ia mengakui, seiring berjalannya waktu Gaudens Cor berkembang menjadi sebuah komunitas yang cukup besar. Selain berpelayanan di paroki sebagai kolektan, asisten imam, guru di Sunday School, Gaudens Cor juga berkolaborasi dengan seksi lain dalam menjalakan program paroki. Pada saat tertentu, Gaudens Cor juga mengadakan pelayanan bakti sosial.
Kegiatan yang dilakukan dalam Gaudens Cor pun berkembang tidak saja untuk memenuhi kebutuhan Misa bahasa Inggris dan Sunday School. Komunitas ini membentuk cell group yang rutin mengadakan pertemuan setiap hari Selasa dan pendalaman Alkitab setiap hari Kamis. Sebulan sekali, setiap Minggu keempat, Gaudens Cor mengadakan persekutuan doa.
Ketua Umum Gaudens Cor, Louis Prasetia Teguh meng-ungkapkan, dari awalnya komunitas ini terbentuk karena adanya Sunday. Saat ini Gaudens Cor terbuka bagi siapa saja. Meski begitu, pelayanan mereka yang sejak awal dilakukan hingga kini masih dipertahankan meskipun kini Gaudens Cor mengembangkan pelayanan dalam bentuk-bentuk yang lain.
Loius merupakan angkatan perdana saat cell group dibentuk. Sampai sekarang, sudah ada 17 cell group dengan 300-an anggota aktif. “Sekarang lebih banyak yang kuliah sampai kerja, jadi mayoritas memang dewasa muda,” jelas Loius. Baginya, walaupun ada pergeseran konsep, kegiatan yang dibuat masih cukup relevan dengan anak muda zaman sekarang.
Menjadi Terang
Membuat sebuah komunitas itu gampang, yang sulit adalah mempertahankannya. Setelah terbentuk, Gaudens Cor sempat mengalami penurunan anggota di tahun ketiga. Saat itu, hanya tersisa 10 orang saja. Maka setelah itu, Gaudens Cor mulai dari awal lagi untuk bangkit.
Cell group yang dibentuk akhirnya menjadi wadah untuk saling menguatkan. Manfaat adanya cell group ini dirasakan oleh Louis. Dulunya ia merupakan pribadi yang tertutup, setelah berproses, ia semakin bertumbuh dalam iman.
“Cell adalah anggota terkecil. Sehingga menjadi bertumbuh dari cell group, dapat mendukung komunitas yang sudah cukup besar. Karena di cell ini, semua anggota-anggota mendalami relasi dengan Tuhan dan lebih intim dengan sesamanya, pada akhirnya bisa berkontribusi serta berkomitmen di Gaudens Cor,” ungkap Louis.
Tahun ini, Gaudens Cor dihadapkan dengan kondisi baru yang terbatas. Di Surabaya kebetulan saat ini masih Pembatasan sosial berskala Besar (PSBB) untuk menahan laju penyebaran pandemi virus korona (Covid-19), semua kegiatan dilakukan secara daring. Meski begitu, kegiatan rutin mereka tetap berjalan. Seperti mengadakan pendalaman Alkitab, berdoa novena, dan sebagainya.
“Kegiatan Sunday School kami adakan melalui Yotube. Kami sebisa mungkin masih mengadakan kegiatan dengan memanfaatkan semua social media. Gaudens Cor tetap berusaha membuat anggota bersukacita, walaupun dalam keadaan terbatas,” ungkap Oliv.
Louis dan Oliv menikah tahun 2018. Keduanya berharap, terlepas dari apapun yang terjadi, Gaudens Cor terus menjadi terang bagi semua orang. Bagi Oliv, menjadi terang itu bukan soal kondisi, menjalankan misi Tuhan juga tidak mudah, sehingga mereka berharap anggota tetap kompak dan bersatu. “Karena apapun kondisi kita tidak membatasi kita menjadi redup. Jadi justru di tengah kondisi yang agaknya redup ini, Gaudens Cor bisa semakin terang jadi berkat Tuhan,” jelas Koordinator Pelayanan Gaudens Cor ini.
Hati yang Melayani
Sejak setahun lalu, Romo Bayu Ruseno, OP bergabung dalam Gaudens Cor. Ia berpendapat, orang muda Katolik Surabaya terus berkembang baik secara kuantitas maupun kualitas. Menurutnya, dengan semangat yang membara, orang muda Katolik adalah masa kini dan masa depan Gereja. Tentunya, Gaudens Cor bisa menjadi sebuah opsi bagi orang muda, yang ingin mendalami iman dan juga berkarya di Gereja serta masyarakat.
Romo Bayu sebagai pendamping melihat, Gaudens Cor menjadi sebuah komunitas orang muda yang mencari Tuhan dengan lebih intens. Menurutnya, untuk menjadi bagian dari komunitas ini dibutuhkan komitmen yang besar karena mereka sangat serius dalam membentuk hati para anggotanya. Sesuai dengan nama komunitas ini, Gaudens Cor, artinya ‘hati yang bersukacita’, spiritualitas yang menghidupi komunitas adalah kesatuan dengan hati kudus Yesus.
Prosesnya adalah membentuk hati yang murni di dalam setiap anggota, karena hanya dengan hati yang murni, bagi Romo Bayu, anggota dapat menemukan Tuhan, (Mat 5:8), ‘Berbahagialah orang yang bersih hatinya, karena mereka akan melihat Allah’. “Harapan saya, Gaudens Cor terus berkembang, tetapi lebih dari itu, saya berdoa semoga setiap anggota juga dapat memiliki hati yang melayani, hati yang penuh kasih, dan hati yang bersuka cita,” tandasnya.
Karina Chrisyantia
HIDUP NO.24, 14 Juni 2020