HIDUPKATOLIK.COM— Selama audiensi umum pada hari Rabu, Paus Fransiskus mengalihkan pikirannya kepada pekerja anak. Mereka adalah korban yang masa kecilnya telah dirampas. Fenomena ini menunjukkan perkembangan integral membahayakan dari begitu banyak anak laki-laki dan perempuan. Untuk itu, Paus mengingatkan tanggal 12 Juni menandai Hari Anti Pekerja Anak Sedunia perlu digunakan sebaik mungkin.
Kemudian Bapa Suci mencatat dengan situasi darurat kesehatan saat ini, di beberapa negara banyak anak-anak dan remaja dipaksa bekerja. Pekerjaan yang mereka lakukan tidak sesuai dengan usia. Hal ini dilakukan untuk membantu keluarga mereka yang terjebak dalam kondisi kemiskinan ekstrem. “Ini adalah bentuk perbudakan dan hukuman penjara yang mengakibatkan penderitaan fisik dan psikologis. Kita semua bertanggung jawab untuk ini!,” ungkap Paus.
Kekhawatiran Paus terhadap pekerja anak terjadi hampir seminggu setelah kematian Zhora Shah di Pakistan. Zhora adalah seorang pembantu anak berusia 8 tahun yang diduga dipukuli hingga mati oleh majikannya setelah secara tidak sengaja melepaskan burung beo mereka yang berharga. Kasus ini memicu kemarahan publik di Pakistan dan seluruh dunia.
Bapa Suci pun mengimbau segenap institusi untuk melakukan segala upaya melindungi anak di bawah umur. Ia meminta mereka untuk terlibat aktif memastikan jurang kesenjangan ekonomi dan sosial yang mendasari penyimpangan ini diisi. Akhirnya, Paus berkata, “Anak-anak adalah masa depan manusia. Semua ini bergantung pada kita untuk menjaga pertumbuhan, kesehatan, dan ketenangan mereka.”
Di Indonesia terjadi penurunan angka pekerja anak. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pekerja anak pada tahun 2018 sebesar 981,9 ribu atau 2,65 persen dari total anak umur 5-17 tahun. Sementara pada 2017 mencapai 1,2 juta pekerja anak atau 3,06 persen dari total anak umur 5-17 tahun.
Felicia Permata Hanggu