HIDUPKATOLIK.COM SEDIANYA Keuskupan Atambua di Nusa Tenggara Timur akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) menyambut Hari Komunikasi Sosial Sedunia pada Minggu, 24 Mei 2020 lalu. Namun karena Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia, Atambua harus menunggu hingga tahun depan, pada perayaan yang ke-55.
Covid-19 tidak hanya membatalkan acara Komisi Komunikasi Sosial (Komisi Komsos), tapi juga membawa tantangan baru bagi Komsos di tingkat dunia, nasional, keuskupan, dan paroki. Karena tantangan baru yang luar biasa ini, seperti kita saksikan setelah ada protokol beribadah dari rumah, Komsos menjadi ujung tombak dalam pewartaan. Semua ibadat yang digelar secara live streaming (daring), memaksa Komsos untuk secepat kilat mampu melayani kebutuhan rohani umat di rumah atau komunitas masing-masing.
Paus Fransiskus memang sudah menghentikan Misa secara live streaming dari Santa Marta, Vatikan, karena kondisi Vatikan dan Italia yang secara berangsur-angsur membaik. Basilika Santo Petrus pun sudah dibuka kembali sejak pekan lalu. Namun di sejumlah negara, termasuk Indonesia, kondisi Covid-19 masih amat mengkhawatirkan. Pemerintah belum mengizinkan membuka kembali rumah ibadah. Kendati pada pekan lalu, sejumlah fasilitas umum akan mengujicoba new normal, termasuk rumah ibadah dengan protokol.
Dalam kondisi ini, Komsos di semua level harus terus bekerja keras melayani kebutuhan umat dengan siaran yang berkualitas. Tampaknya, Komsos tak memadai lagi jika hanya melakukan live streaming. Komsos dituntut menyediakan konten-konten yang mampu memuaskan dahaga umat akan menu rohani yang ‘lezat’.
Kini Komsos memasuki era baru yang tidak terbayangkan sebelumnya bahwa prosesnya akan berlangsung secepat ini. Tergerusnya media cetak yang selama ini masih menjadi andalan hingga ke titik nadir (lonceng kematian), menjadi tantangan tersendiri bagi para pegiat Komsos di mana pun berada. Era digital yang sudah berproses sejak abad yang lalu, kini bergerak demikian cepat, dahsyat, dan tidak terhentikan.
Komsos harus keluar dari sarang zona nyaman, rutinitas seremonial tanpa inovasi. Saatnya Komsos melompat jauh ke depan, bagaimana mengisi dunia maya dengan konten menarik, memanfaatkan teknologi yang serba digital ini untuk pewartaan. Jikalau Paus Franiskus mengajak umat memaknai Hari Komsos tahun ini dengan tema menenun cerita, para pegiat Komsos harus mampu menerjemahkannya dalam aktivitas komunikasi sosial dan program ke depan.
Selama masa pandemi ini, kita layak memberi apresiasi kepada para pegiat Komsos di mana pun melayani. Namun, tantangan maha dahsyat sedang membentang di depan seiring dengan porakporanda yang ditimbulkan Covid-19. Tantangan ini tentu saja tidak mungkin ditimpakan ke bahu Komsos semata. Semua komisi, di paroki maupun keuskupan, perlu bersinergi merumuskan kembali arah karya pewartaan ke depan. Dan, bagaimana Komisi Komsos memainkan peran strategisnya dalam situasi baru itu.
HIDUP NO.23, 7 Juni 2020