HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, saya dan suami kadang terlibat cek-cok dan salah paham terutama karena biaya kuliah anak. Terus terang, kami adalah keluarga sederhana. Pendapatan bulanan kami pas-pasan. Meski demikian, saya amat menginginkan anak kami dapat menuntaskan kuliahnya. Bagaimana mengatasi persoalan ini, agar ke depan nanti keluarga kami aman dan tetap bertanggung jawab untuk membiayai kuliah anak kami sampai selesai?
Irene, Makassar
Ibu Irene yang terkasih, saya senang dengan keterbukaan dan kesungguhan Anda untuk memperbaiki keadaan keluarga yang dirasa kurang
nyaman. Setiap keluarga pasti berharap dapat memperbaiki dan meningkatkan sesuatu yang telah dimilikinya. Apalagi terhadap anak-anak kita. Ibu dan suami juga pasti berharap dapat menyekolahkan anak-anak setinggi mungkin, bahkan lebih tinggi dari yang dimiliki oleh orangtuanya. Harapan Ibu dan suami untuk anak-anak sangatlah mulia, meskipun dari keluarga sederhana. Hal pendidikan anak memang sudah menjadi kewajiban orangtua.
Namun kita pun tetap berpikir mengenai kekuatan dan kesanggupan untuk memenuhinya, baik dari sisi finansial atau pun sisi yang lainnya. Saya yakin, Ibu dan suami juga sudah berpikir jauh mengenai hal ini. Tapi tak menutup kemungkinan juga bahwa dalam perjalanan segala peristiwa dapat mengubah rencana kita. Seperti kata bijak, kita boleh berencana namun Tuhan yang menentukan semuanya. Meskipun begitu, semoga segala peristiwa dalam hidup kita jangan menjadi penghalang dalam mencapai harapan. Jangan patah semangat, Bu Irene. Tetaplah berjuang untuk mencapainya dengan jalan yang baik.
Sesuai kasus ini, Anda dan suami berusaha untuk membiayai anak kuliah, namun di tengah jalan agak tersendat dan ini menjadikan hubungan Anda dan suami agak terganggu: sering cekcok dan salah paham. Memang kita tak bisa pungkiri bahwa hal tersebut dapat terjadi. Tapi tetaplah berpikir secara jernih, tenang, dan tak saling menyalahkan, supaya suasana juga lebih nyaman dan masalah dapat teratasi.
Memang tak mudah kalau sudah sampai pada masalah finansial. Namun, tetaplah yakin bahwa setiap masalah pasti ada jalan dan Tuhan pasti membantu kita. Dan usaha nyata dari kita pun
harus tetap kita lakukan. Selain itu, Anda dan suami dapat berdiskusi untuk mencari dan
menemukan solusinya. Tetaplah dengan kepala dingin, sabar, dan tak saling menyalahkan.
Selama Anda dan suami mampu untuk memecahkan masalah ini sendiri, lebih baik anak tidak diajak untuk ikut membicarakannya. Hal ini
supaya ia tidak merasa terbebani dan bersalah dengan kuliahnya.
Saya tak mengerti secara pasti, apakah Ibu dan suami bekerja atau hanya suami saja? Mungkin dari sisi ini, Ibu juga dapat memperoleh suatu ide.
Misal, bila hanya suami yang bekerja, dan anak-anak Anda juga sudah cukup besar, Ibu bisa membuka suatu usaha untuk membantu pendapatan suami. Hal ini pun harus Ibu konsultasikan dengan suami supaya tak salah persepsi.
Bila keadaan memungkinkan, Ibu juga bisa mendiskusikan kesulitan di atas dengan anak. Tapi, anak tetap diberi semangat untuk selalu berjuang dalam kuliah, bukan berhenti kuliah. Mungkin anak juga bisa lebih terbuka dan berusaha untuk membantu keadaan ini. Biasanya di perguruan tinggi juga ada semacam beasiswa untuk mahasiswa. Nah, anak bisa diberi masukan tentang hal ini, supaya ia lebih mengoptimalkan usaha belajarnya, sehingga dapat mengajukan beasiswa. Untuk jangka pendek, ajak anak untuk lebih hemat, juga untuk seluruh anggota keluarga. Semoga sedikit masukan ini dapat menjadi inspirasi untuk memecahkan masalah yang sedang Anda hadapi. Tuhan memberkati.
Emiliana Primastuti
HIDUP NO.06 2020, 9 Februari 2020