HIDUPKATOLIK.com – Mana yang lebih penting, berbudaya atau beriman? Menjawab pertanyaan
ini Ketua Umum Ikatan Keluarga Besar Sumba (IKBS), Nusa Tenggara Timur (NTT), Mikael Umbu Saza, mengatakan, “Kita sebaiknya berbudaya dalam terang iman dan iman itu berakar dalam budaya.” Dengan demikian kata Umbu, keduanya tidak perlu dipertentangkan, malah saling memberi nilai. “Iman yang tumbuh dalam penghayatan budaya yang benar akan berakar dengan kuat,” ujar Umbu ketika dijumpai di sela-sela prosesi pesta adat Sumba, Tunnu di Anjungan NTT, Taman Mini Indonesia Indah beberapa waktu lalu.
Menurut pimpinan Sanggar Flobamora ini, setiap orang memiliki tugas memelihara dan mengembangkan kebudayaan bangsanya. Ia sendiri mengaku bangga dengan budaya Sumba, warisan leluhurnya. Di dalam budaya itu, banyak nilai hidup dan perjuangan yang terkandung dalamnya. Dia lalu menunjuk budaya cium hidung
yang lazim di Sumba sebagai warisan sangat berharga sebagai contoh. “Orang Sumba tidak perlu banyak berkata-kata bahwa dia menghargai atau menerima seseorang dengan baik. Cium hidung atau dhekki dengan saling menempelkan
hidung,” ujarnya sambil tersenyum.
Karena sadar akan pentingnya kebudayaan dalam membentuk pribadi seseorang, pria yang pernah menjadi duta kebudayaan Sumba ke Australia ini,
selalu memanfaatkan setiap kesempatan
mempromosikan kebudayaan. Bagi Umbu, dengan mewartakan nilai kebudayaan, ia juga mewartakan nilai-nilai iman yang dianutnya, yakni kasih dan penghargaan pada kemanusiaan.
Emanuel Dapa Loka
HIDUP NO.05 2020, 2 Februari 2020