HIDUPKATOLIK.COM PASTOR, masih banyak umat yang bertanya dan kurang memahami apa arti Pentakosta. Bagi kita umat Katolik, perayaan ini begitu penting. Sebenarnya mengapa hal ini bisa demikian? Mengapa Pentakosta diperingati secara khusus? Apakah berpengaruh terhadap kehidupan umat beriman? Lalu bagaimana bisa dijelaskan, bahwa Petakosta adalah saat kelahiran Gereja?
Alfonso, Jakarta
Pentakosta dirayakan secara khusus karena pada hari itu kita merayakan peristiwa kelahiran Gereja. Lima puluh hari setelah Paskah, kita mengenangkan peristiwa turunnya Roh Kudus kepada Para Rasul. Peristiwa ini sesuai dengan perkataan Yesus sebelum naik ke Surga (Kis. 1:8; 2:1-13), di mana Para Rasul menantikannya bersama Bunda Maria. Bagi kita, Pentakosta boleh disebut Hari Raya terbesar ketiga setelah Natal, dan Paskah.
Dalam peristiwa ini, pribadi ketiga Allah Tritunggal turun dan tinggal menetap dalam hati Para Rasul dan semua orang beriman. Pada hari itu, hati Para Rasul berubah: dari yang tadinya takut dan bersembunyi di balik pintu-pintu terkunci, menjadi berani tampil dengan gagah di hadapan publik. Hati mereka berkobar-kobar. Mereka memahami dengan jelas misi perutusan Yesus dan seluruh peristiwa hidup-Nya. Yesus dan seluruh ajaran-Nya menjadi hidup. Mereka menuntun para pendengar ajaran mereka kepada iman. Sehingga seketika itu, jumlah mereka bertambah sampai tiga ribu jiwa (bdk. Kis. 2:41). Jadi bisa dibayangkan, peristiwa Pentakosta ini sungguh menjadi peristiwa kelahiran Gereja. Roh Kudus menghidupkan semuanya.
Pentakosta adalah pemenuhan janji Yesus kepada murid-murid sebelum wafat-Nya, yaitu setelah kepergian-Nya kepada Bapa, Ia akan mengutus Penolong yang lain. Itulah Roh Kudus, yang akan menjadi penasehat bagi Para Rasul dan Gereja, sebagai guru tak kelihatan, yang mengajarkan Kabar Gembira yang sama, seperti yang Kristus ajarkan. Dia akan menuntun Gereja, baik dalam penyebaran kabar gembira keselamatan, maupun untuk memahami pesan Kristus dengan benar sepanjang zaman. Sehingga dalam situasi yang berbeda dan selalu berubah, Gereja dapat secara konsekuen memegang kebenaran yang sama, yang telah Para Rasul dengar dari guru mereka (bdk. Dominus et Vivificantem no. 4).
Tuntunan Roh Kudus dalam Gereja awal dapat kita lihat misalnya dalam Kisah Para Rasul. Berkat Roh Kudus, Petrus dan Yohanes mewartakan Injil dengan berani di tengah ancaman (Kis. 4). Banyak keputusan penting Gereja diambil dalam Roh Kudus. Petrus, misalnya, membaptis Kornelius, tentara Romawi, karena tuntunan Roh Kudus (Kis. 10:44-48). Stefanus dipenuhi Roh Kudus, sehingga dapat bersaksi sampai akhir hidupnya (Kis. 6 dan 7). Hal yang sama juga dialami Paulus dan Barnabas (lih. Kis. 13:2). Gereja Perdana yakin, Roh Kuduslah yang menuntun mereka, menerima bangsa asing dalam kalangan Gereja, tanpa harus melakukan kewajiban agama Yahudi (Kis. 15:28).
Roh Kudus adalah jaminan kebenaran bagi Gereja dalam peziarahannya. Jika Kristus disebut Kepala, Roh Kudus adalah Jiwa dalam Tubuh Mistik (bdk. LG. 7). Ia mempersatukan dan membuat Gereja hidup. Sabda Tuhan, “Barang siapa percaya kepada-Ku, dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup (Yoh. 7:38). Itulah Roh Kudus, yang bekerja baik secara pribadi, maupun dalam Gereja sebagai persekutuan.
Roh Kudus tinggal dalam diri orang beriman, bagaikan di dalam bait Allah (1Kor. 6:19), mengajar kita bagaimana berdoa (Rm. 8:26), dan menumbuhkan buah-buah roh: sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal. 5:22-23). Tak heran, Paus Fransiskus dalam khotbah Pentakosta 2019, menyebut Roh Kudus sebagai harmoni. Ia adalah harmoni dalam Allah Tritunggal dan sumber harmoni di dalam Gereja-Nya. Karena makna begitu dalam inilah Pentakosta dirayakan secara mulia.
Pastor Gregorius Hertanto, MSC Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara
HIDUP NO.22, 31 Mei 2020