HIDUPKATOLIK.COM– DI tengah masa pandemi Covid-19, setiap orang, tidak saja organisasi pemerintah atau lembaga sosial masyarakat, tetapi juga organisasi Caritas Gereja Katolik terpanggil untuk mewujudkan ragam gerakan kemanusiaan.
Lewat bantuan nyata kepada mereka yang membutuhkan, mau menunjukkan bahwa inilah momen tepat bagi semua orang, tanpa pandang bulu, untuk membuka tangan lewat bantuan kepada sesama yang membutuhkan.
Rasa kemanusiaan akan orang yang terdampak Covid-19, membuat Paroki St. Yohanes Penginjil Masohi, Maluku Tengah, terlibat dalam aksi nyata pembagian sembako bagi umat Katolik di wilayah pelayanan paroki.
Bantuan sembako kali ini, tercatat sudah memasuki gelombang kedua yang difokuskan kepada para janda dan duda yang menurut pertimbangan paling terdampak Covid-19. Sembako-sembako yang dibagikan lebih difokuskan pada kebutuhan akan makanan dan minuman.
Duda dan Janda
Kepala Paroki Pastor Pius Lawe SVD mengatakan sembako-sembako ini adalah sumbangan dan pemberian sukarela dari para donatur. Sembako-sembako ini sudah dibagikan kepada 84 janda dan duda di paroki di Keuskupan Amboina ini (kecuali Stasi Taniwel).
Menurutnya, kegiatan ini sudah dimulai sejak Hari Raya Kenaikan Tuhan, Minggu, 24/05/2020. Setidaknya beberapa stasi telah mendapat bantuan seperti Stasi Hatu-Piliana, Stasi Yahalatan, Stasi Waur, Amahai, Koriano, Makariki, Waipia, Waraka, dan Stasi Labuan Pulau7-Warasiwa.
“Kami selesaikan pembagian sembako gelombang kedua pada Senin, 25/05/2020. Kami bersyukur di masa pandemi ini, banyak orang tergerak hatinya untuk membantu sesama yang membutuhkan,” jelas Pastor Pius.
Bagi Pastor Pius, dirinya merasa bersyukur bahwa di tengah masa sulit, masih saja ada orang beriman yang tergerak hatinya untuk membantu sesama yang menderita. “Tidak sedikit mereka yang menyumbang adalah keluarga yang memiliki ekonomi pas-pasan,” sambungnya.
Misionaris Serikat Sabda Allah ini menambahkan saat ini paroki sudah membuka gudang penampungan sembako gelombang ketiga yang difokuskan pada tukang becak, buruh pelabuhan dan buruh bangunan.
Ia mengharapkan masa pandemi ini tidak membuat orang menjadi pribadi yang egois, tetapi terpanggil untuk melihat sesama yang menderita, khususnya kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan disabilitas sebagai bagian dari saudara seiman.
Keselamatan Jiwa
Sebagai orang Katolik, sambungnya, iman yang dirayakan atau diungkapkan dalam Perayaan Liturgi, seharusnya dilaksanakan dalam wujud perbuatan-perbuatan baik kepada sesama baik yang dihayati secara personal maupun dalam kebersamaan sebagai persekutuan Gereja.
Pastor Pius menitikberatkan akan panggilan kita sebagai pengikut Kristus untuk merangkul sesama yang paling rentan di tengah masa pandemi ini. Sebab panggilan orang Kristen adalah menghadirkan Kerajaan Allah bagi mereka yang membutuhkan.
Dalam konteks ini, setiap orang terpanggil bersekutu dalam persaudaraan seiman sebagai communio yang percaya akan Kristus, untuk mencari dan menemukan jiwa-jiwa yang “gersang” dan membutuhkan sapaan kasih murid-murid Kristus.
Untuk itu, Pastor Pius mengharapkan agar keberpihakan Gereja untuk “keselamatan jiwa” yang rentan kiranya sejalan dengan misi Gereja: preferential option for to the poor.
“Mari kita terus berdoa agar di masa pandemi ini, anugerah Tuhan cukup bagi para donatur untuk terpanggil melihat sesama sebagai saudara lewat bantuan-bantuan mereka. Seberapa pun bantuan itu, biarkan Tuhan yang membalasnya,” harap Pastor Pius.
Yusti H. Wuarmanuk