HIDUPKATOLIK.COM— Saat doa Ratu Surga pada Hari Komunikasi Sosial (Komsos) Sedunia, Paus Fransiskus mengenang pesannya kembali untuk hari besar itu pada tanggal 24 Mei. Ia mendedikasikannya dengan tema “Cerita”. Paus berdoa agar masa sulit ini dapat membantu seluruh umat untuk menceritakan kisah-kisah yang menantikan masa depan dengan penuh harapan. “Semoga acara ini mendorong kita untuk bercerita dan berbagi kisah konstruktif yang membantu kita memahami bahwa kita semua adalah bagian dari kisah yang lebih besar dari diri kita sendiri, dan dapat menantikan masa depan dengan harapan jika kita benar-benar peduli satu sama lain sebagai satu saudara.”
Menandai kesempatan tersebut, Prefek Dikasteri untuk Komunikasi (Organisasi induk Vatican News), Dr. Paolo Ruffini merilis pesan video sambil merefleksikan pesan Paus Fransiskus untuk Hari Komunikasi Sedunia. Ruffini mengatakan bahwa kunci dari pesan tersebut adalah berbagi dari pengalaman sendiri yang memungkinkan setiap dari kita membangun kisah baru dalam “menantikan penebusan”.
Ia pun berkisah bagaimana pengalaman isolasi karena Covid-19 telah menjauhkan setiap orang secara sosial. Hal ini telah mengajarkan umat manusia untuk kembali menemukan Tuhan yang menyediakan persekutan lebih erat untuk menyatukan seluruh umat manusia. “Dalam pengalaman isolasi ini, kita telah memahami inti dari persekutuan,” katanya. “Tanpa kemampuan untuk menemukan kesatuan dalam pengalaman bersama, tidak ada kebijaksanaan atau pengetahuan. Semuanya direduksi menjadi daftar fakta tanpa kisah pemersatu.”
Ruffini mengatakan pandemi telah menawarkan kita pilihan, yakni untuk mempercayakan diri kita hanya pada teknologi atau untuk memberinya jiwa. Berita palsu, lanjutnya, juga terus berkembang. Semuanya ini tergantung bagaimana kita mendasarkan harapan. “Kita memiliki kesempatan untuk menanggapi persatuan pandemi yang tidak sehat dengan persatuan niat baik yang sehat,” tuturnya.
Ruffini juga menyoroti bahwa pandemi ini juga memberi manusia kesempatan untuk menemukan keberanian membangun komunitas yang ramah, dibangun berdasarkan bentuk komunikasi yang baik.“Komunikasi, perlu diakarkan kembali dalam jaringan yang bersifat global dan lokal, digital dan nyata. Komunikasi berfungsi menyatukan, bukan memecah belah; memberi bukan membeli atau menjual. Kita harus memberikan teknologi dimensi transenden.” Ia melanjutkan, pertemuan memberikan dasar untuk komunikasi yang benar. Oleh karena itu, manusia perlu menemukan cara menggunakan internet untuk mempertahankan hubungan yang menjelma dari antara sesama sambil membangun semangat “ekonomi berbagi”. Dengan visi ini, kata Ruffini, semua orang harus didorong untuk berpartisipasi dengan memberikan waktu, bakat, uang, dan doa mereka.
Gereja yang keluar, lanjut Ruffini, dapat membantu membangun persekutuan di semua lini sarana komunikasi. Sudah tiba saatnya untuk berpikir tentang komunikasi sebagai cara untuk mendistribusikan kembali kelebihan barang, pengetahuan, dan cinta. Sebagai kesimpulan, Ruffini mengatakan bahwa kita masing-masing dapat menjadi senyum dari mereka yang telah mendahului kita. “Setiap cerita dapat direka ulang dan ditebus dengan berbagi senyuman yang menjadikannya sebuah cerita bermakna,” tandasnya.
Felicia Permata Hanggu