HIDUPKATOLIK.com – Seni dikatakan identik dengan indah. Indah dan intelek dipahami dengan
metafor cahaya. Bagaimana pemahaman tentang relasi kedua-duanya dengan arti cahaya menghadirkan keindahan berciri transendental dan hierarkis? Dari eksplorasi metafisis seni tampak bahwa keindahan artistik-humanistik melebihi
keindahan natural alami. Pemikiran Thomas atau pengalaman Thomistik akan memperkaya pembaca untuk lebih lanjut memahami bahwa keindahan melampaui hierarki indah yang demikian, bahkan menyeberangi makna aslinya seturut pemahaman manusiawi.
Guna memperkaya gagasan tentang seni, penulis Estetika: Indah di Seberang menggali eksistensi seni dalam perspektif Ada dan kebenaran. Hal demikian merupakan pemikiran Heidegger. Untuk mencapai pemahaman itu, jalan yang harus ditempuh adalah dengan berkonsultasi dengan karya seni. Hal ini menjadi sebuah cara yang membuat seni berbicara kepada kita tentang apa dan bagaimana ia ada; membuka diri, menyingkapkan kebenarannya dan menyampaikan realitas jati dirinya.
Demikian juga dengan pemahaman indah; keindahan dunia dalam arti absolut-sempurna hanya ada pada Tuhan. Namun pandangan manusia akan dunia tidak murni karena “kebutaan”, sebagai efek prinsipil dari dosa akibat “kejatuhan”
Adam. Dengan demikian manusia menjadi tak lagi mampu melihat cahaya Allah yang memancar melalui dunia.
Pembaca akan menemukan di dalam buku ini sisi pedagogi Ilahi yang mendidik bagaimana sesungguhnya memandang keindahan spesial milik Putra Allah. Bagi Thomas, Kristus indah dalam bentuk Ilahi, keadilan, kebajikan, perkataan
yang berhati mulia, bahkan tubuh-Nya. Keilahian-Nya memancarkan keindahan yang cemerlang dari wajah-Nya, kendati tubuh telah dirusak bentuknya oleh siksa dan derita kematian.
Judul : Estetika: Indah di Seberang
Penulis : Hieronymus Simorangkir
Penerbit : Kanisius, 2019
Tebal : 124 halaman
Frater Nicolaus Heru Andrianto
HIDUP NO.04 2020, 26 Januari 2020