web page hit counter
Kamis, 21 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Cinta tapi Beda Agama

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, sampai saat ini, keluarga saya belum bisa menerima kalau kami anak-anak, pacaran dengan orang di luar suku kami. Dan, kebetulan juga pacar saya saat ini bukan dari suku kami. Bagaimana saya harus menghadapi keluarga saya ini?

Me Mei, Batam

Me Mei yang baik, saya memahami kebingungan Anda yang menjalin hubungan dekat dengan pacar dari suku lain. Masalah ini sering terjadi di kalangan kita yang memang terdiri dari banyak
suku, bahkan bangsa. Masalah ini umum dialami karena orangtua tak menyetujui anak-anaknya berpacaran atau menikah dengan keluarga dari budaya yang tidak atau belum mereka kenal.

Orangtua mempunyai maksud baik dengan beranggapan, menantu yang baik adalah yang mereka kenal latar belakang dan cara hidupnya. Anggapan ini kemudian diberi label kultural, yaitu
yang paling baik mereka kenal adalah dari budaya sendiri. Maka, orangtua lebih suka memilih yang berasal dari suku sendiri.

Pemilihan suku sejenis ini sebetulnya tidak perlu sangat dipersoalkan, kalau maksud baik orangtua adalah kebaikan hidup anak-anaknya. Para orangtua bisa merasa khawatir jika anak-anak mereka menikah dengan seseorang dari suku berbeda, karena mereka tak mengenal calon menantu, budaya, dan gaya hidupnya.

Pengetahuan tentang suku lain biasanya sangat minim, apalagi jika suku yang dikenal oleh orangtua kebetulan diwakili oleh seseorang yang dikenal oleh orangtua (misalnya tetangga) dan
mempunyai nama jelek, hubungan buruk, atau bahkan dikenal kurang baik di tempat orangtua kita tinggal. Orangtua lalu membandingkan apa yang dikenalnya dengan pacar yang berasal dari suku yang sama

Persoalan suku ini memang agak sensitif, mengingat latar belakang bisa berseberangan satu sama lain. Misalnya, keterbukaan, berbicara keras, bukanlah sesuatu yang tabu bagi salah satu budaya. Tapi bagi budaya yang lain, bicara keras dan terlalu terbuka itu tak sopan dan melambangkan kekasaran dan tak menghormati. Ketika terjadi, image yang buruk akan terlihat dan orangtua menjadi tidak simpati.

Dalam hal ini, perlu ada pendampingan tentang pernikahan beda-suku yang tak terelakkan di antara kita, yang mempunyai banyak jenis suku bangsa. Semakin orangtua diajak mengenal,
belajar terbuka pada budaya lain dan bahkan berinteraksi aktif, maka kekhawatiran akan terjadi salah paham dan curiga akan dapat dikurangi. Memperkenalkan pacar kepada orangtua itu
suatu keharusan, meskipun harus berjuang atau berisiko ditolak. Jika pacar yang berasal dari suku lain itu memang mencintai Anda, saya kira dia tak akan mundur hanya karena tahu bahwa orangtua Anda tak suka kepada suku lain. Justru dia barangkali akan berjuang membuktikan bahwa dirinya juga bisa menjadi calon menantu yang baik,
berlaku sopan seperti kebanyakan orang Indonesia, dan bersikap terbuka, tanpa menutup-nutupi sifat yang asli.

Kalau mungkin, pacar Anda bisa juga berbicara dari hati ke hati dengan orangtua Anda. Cara ini paling baik untuk membuka pintu silaturahmi, supaya orangtua lebih mengenal kepribadiannya. Salah satu hal yang dibahas, adalah soal perbedaan suku itu sendiri. Pacar Anda bisa menjelaskan hal-hal apa yang diharapkan dari hubungan kalian, sekaligus terbuka pada masukan-masukan dari keluarga juga.

Me Mei, harus disadari, perkataan orangtua tak selalu buruk atau salah. Barangkali juga apa yang tak disukai oleh orangtua bukan karena soal suku, tapi lebih soal kepribadiannya. Di Indonesia ini, keterlibatan orangtua tak terelakkan, karena budaya kita mengajarkan demikian. Orangtua boleh ikut campur dan memberi pendapat tentang jodoh kita. Coba tanya kembali, sebenarnya apa yang menjadi keberatan mereka? Barangkali diskusi orang tua-anak dapat memecahkan masalah.

Tips penting lain: jangan pernah menikah hanya karena mau menentang orang tua. Pernikahan hanya mempunyai satu alasan, karena saling mencintai dan karena merasa cocok, bukan karena
alasan dari luar diri kita saja. Tuhan memberkati.

Pastor Alexander Erwin Santoso MSF

HIDUP NO.04 2020, 26 Januari 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles