HIDUPKATOLIK.com – Umat Katolik di kawasan Afrika terus melonjak. Diperkirakan pada 2050,
jumlahnya mencapai 350 juta. Tapi Suster Mumbi Kigutha mengingatkan, pertumbuhan jumlah yang cepat itu mesti dibarengi dengan upaya Gereja Katolik di Afrika untuk “bersih-bersih rumah”.
“Bersih-bersih rumah” yang ia maksud adalah Gereja masih menyimpan “luka” pelecehan seksual yang dilakukan para klerus, maka perlu dibersihkan
dan disembuhkan. “Kita terluka. Tubuh Kristus sedang sakit. Pelaku dan korban, serta kita semua sangat membutuhkan penyembuhan,” ucapnya saat menjadi pembicara dalam Konferensi Pan-
Afrika tentang Teologi, Masyarakat, dan Kehidupan Pastoral yang berlangsung di Bigard Memorial Seminary, Enugu, Nigeria, seperti dilansir cruxnow.com, (7/12).
Biarawati yang tumbuh di Njoro, Kenya ini mengatakan, ada tiga akar penyebab pelecehan terus terulang dalam Gereja, yakni kekuasaan, budaya dominasi dan kerahasiaan, serta kesetaraan gender. “Otoritas dan dominasi klerus
terkadang disalahgunakan dan dipakai untuk melakukan tindakan pelecehan seksual. Budaya kerahasiaan digunakan untuk melindungi pelaku, namun mengabaikan korban,” tegas biarawati dari kongregasi Suster-suster Darah Mulia (The Congregation of the Sisters of the Precious Blood).
Suster Kigutha mengajak Gereja untuk belajar dari kearifan lokal Afrika, yakni Sankofa dan Ubuntu. Sankofa merupakan simbol pembelajaran dari masa lalu untuk menatap masa depan yang lebih baik. Ubuntu, berarti kasih penuh perikemanusiaan.
Y. Prayogo
HIDUP NO.52 2019, 29 Desember 2019