HIDUPKATOLIK.COM– BAGI masyarakat Provinsi Maluku dan Maluku Utara, nama Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC bukan asing lagi di telingah mereka. Uskup Amboina ini tidak saja dikenal sebagai pejuang kemanusiaan, tetapi juga tokoh yang menjunjung tinggi semangat persaudaraan dan persatuan.
Perannya ini tidak saja ditujukan kepada umat Katolik, tetapi juga kepada umat lintas agama, khususnya tokoh-tokoh agama. Perhatiannya ini membuat ia dengan mudah diterima semua kalangan. Nasihat-nasihat spiritual serta kemanusiaannya menjadi acuan para tokoh agama lain dalam mewartakan semangat persaudaraan.
Semangat persaudaraan ini tidak saja ditujukan ketika masyarakat hidup dalam suasana tentram, tetapi hal ini sangat dirasakan ketika masyarakat Maluku sedang berjuang memutuskan mata rantai penyebaran covid-19.
Tak banyak berbicara, Mgr. Mandagi tampil membagikan masker kepada para tokoh-tokoh agama di Maluku, Sabtu, 18/4. Masker itu diberikan kepada tokoh-tokoh agama yang diwakili oleh perwakilan dari Sinode Gereja Protestan Maluku, Majelis Ulama Indonesia, dan Pimpinan agama Hindu, serta Buddha, dan Kantor Wilayah Agama Provinsi Maluku.
Menghancurkan Kemanusiaan
Beberapa tokoh agama Provinsi Maluku menilai, tindakan sederhana yang dibuat Mgr. Mandagi sebagai bentuk simbolik sekaligus ajakan agar para tokoh agama perlu tampil menyuarakan semangat persaudaraan. Dalam situasi sulit saat ini, para tokoh agama perlu tampil bahu membahu untuk berbicara tentang persaudaraan, gotong royong, belarasa antar-umat beragama.
Mgr. Mandagi sendiri menambahkan bangsa ini sedang menghadapi covid-19. Kadang-kadang persaudaraan itu diuji dalam situasi sulit. Maka itu, dibutuhkan kerjasama antar umat beragama. Persaudaraan menurut Mgr. Mandagi justru semakin nampak ditengah-tengah kesukaran hidup. Tetapi disitulah makna persudaraan sejati ditemukan.
Mgr. Mandagi melanjutkan kegiatan pembagian masker telah dibuat oleh keuskupan Amboinakepada para pastor, frater, suster, guru, dan kepada para perawat di rumah sakit. Juga telah diadakan pembahagian masker kepada masyarakat baik yang Katolik maupun yang bukan Katolik melalui tokoh-tokoh agama
“Motivasinya ialah rasa kemanusiaan. Wabah Corona telah menghancurkan kemanusiaan. Jadi, wabah itu harus dicegah penularannya misalnya dengan memakai masker. Kalau Kristus mencintai manusia sepenuh-penuhnya, maka kita Gereja sebagai pengikut Kristus haruslah demikian,” ungkap Mgr. Mandagi.
Administrator Apostolik Keuskupan Agung Merauke ini setuju bahwa dengan pembagian masker ini, juga dinyatakan kerukunan antar umat beragama secara konkrit.
Yusti H. Wuarmanuk