HIDUPKATOLIK.COM- HAMPIR seluruh masyarakat Indonesia saat ini sedang gencar memutuskan mata rantai penyebaran Virus Corona (Covid-19). Pandemik Corona menjadi salah satu perhatian serius tidak saja pemerintah pusat hingga daerah, tetapi juga instansi gerejawi dalam hal ini Gereja Katolik.
Di tengah usaha memutuskan mata rantai penyebaran pandemik ini, Gereja Keuskupan Manado menghadapi tantangan lain yaitu bencana banjir yang melanda hampir sebagian wilayah Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, Senin, 13/4.
Situasi ini membuat banyak orang turun tangan terlibat tidak saja membantu memutuskan penyebaran covid-19, tetapi juga tergerak hati untuk membantu korban banjir.
Hal ini diungkapkan Kepala Paroki St. Maria Bunda Penolong Abadi Beteleme, Palu, Pastor Alfianus Windy Tangkuman. Ia mengatakan sejak banjir, ada inisiatif dari paroki dan para donatur untuk mengumpulkan bantuan yang difokuskan kepada beberapa stasi yang benar-benar mengalami banjir parah.
“Salah satunya adalah kepada umat Stasi Paulus Togomulya yang terdampak covid-19 dan banjir. Selain itu ada juga bantuan kepada umat Stasi Kristus Raja Damai Kolonodale, Morowali Utara. Bantuan ini sebagai bentuk belarasa dan kepedulian kepada umat Katolik,” ujarnya.
Saat ini, ada 159 kepala keluarga yang terdampak covid 19. Sementara itu, dampak banjir juga dialami 19 kepala keluarga di Stasi Togomulya dan 19 kepala keluarga lainnya di Stasi Kristus Raja Damai Kolonodale.
Untuk proses pemberian bantuan, lanjut Pastor Windy, tahap awal bantuan baru saja di serahkan ke Stasi Togomulya karena terdampak banjir yang parah. Debit air yang tinggi membuat akses masuk agak sulit, tetapi proses penyerahan bantuan sudah diberikan. Sedangkan di Stasi Kristus Raja Damai Kolonodale dan stasi-stasi lainnya bantuan akan segera menyusul dalam pekan ini.
Pastor Windy sendiri berharap semakin banyak orang yang mau tergerak hati membantu sesama yang menderita dan berharap tidak saja fokus kepada umat Katolik tetapi masyarakat luas pada umumnya.
Menurutnya bagaimana masyarakat bisa mengikuti seruan pemerintah untuk social distance, stay at home, work at home, sedangkan kebutuhan primer belum terpenuhi. “Tentu dalam suasana seperti ini akan sulit sekali menerapkan imbauan pemerintah,” jelasnya.
Maka itu, lanjutnya, mari kita saling membantu memutuskan mata rantai penyebaran covid-19 sekaligus membantu korban banjir. “Rasa kemanusiaan harusnya mengalahkan perbedaan suku, agama, ras, budaya, dan sebagainya,” harap Pastor Keuskupan Manado ini.
Yusti H. Wuarmanuk