HIDUPKATOLIK.COM–Hingga saat ini ada Santa Corona dalam Gereja Katolik. Ia berani mempertahankan imannya dalam situasi sulit. Beberapa sumber menyebutkan ia sebagai pelindung pandemik.
RASANYA sakit. Natasya (14 tahun) meninggal tanpa kami disampingnya. Awal Maret 2020, ia positif virus corona (covid-19). Malam itu, ia berdiri di halaman rumah sambil melambaikan tangannya, memberi kecupan jauh, lalu pergi bersama empat tenaga medis.
Alberto, sayang ayah bercerita, dirinya yakin, Natasya akan sembuh. Sayang, dia tidak bertahan lama. Hanya seminggu lebih, Natasya meninggal pada Senin, 16/3. “Ia mengkhianati janjinya untuk tetap hidup. Kami kecewa dan terluka. Kami sakit ketika dia meninggal tanpa salam perpisahan dari kami. Kami tidak tahu, apa dia senyum saat meninggal,” cerita Alberto, warga Milan, Italia, seperti dilansir Aletia.org, (Rabu, 18/3/2020).
Cerita lain datang dari keluarga Giovani Salermo, warga Propinsi Savona, Italia. Pertengahan Maret 2020, Alfonso Salermo (21 tahun), dinyatakan tertular covid-19 saat berlibur ke Palermo. Seminggu Alfonso dirawat di RS. Santa Corona di Linguria, Propinsi Savona, Italia.
Setelah pendemik covid-19, Uskup Savona-Noli Mgr. Cologero Marino dalam surat imbauan meminta agar umat Katolik berdoa kepada Santa Corona. “Kami yakin, lewat doa kepada Santa Corona, Alfonso akan sembuh. Dan itu terjadi. Dia termasuk dalam lima ratusan orang dari Propinsi Savona yang dinyatakan sembuh. Kami percaya, ini berkat Santa Corona,” ujar Natalio, sang ayah, seperti dikutip dari Al-Jazeera, (Rabu, 18/3/2020).
Cerita tentang Santa Corona akhir-akhir ini mendatangkan banyak perdebatan di kalangan umat Katolik. Di saat dunia sedang menghadapi pandemi covid-19, orang Katolik bertanya-tanya apakah ada seorang pelindung bagi viru sini? Siapa itu Santa Corona?
Ragam Sumber
Hingga saat ini, tidak ada sumber paten yang lebih detail menjelaskan biografi Corona. Tetapi mengenal Corona, tak lepas dari kisah hebat seorang prajurit Romawi, keturunan Italia, Santo Victor. Soal pribadi prajurit ini, sebuah sumber Kekristenan Romawi kuno menjelaskan ia seorang prajurit Romawi, keturunan Italia, yang bertugas di Damaskus, Siria Romawi pada pemerintahan Kaisar Antoninus Agustus Pius (86SM-161SM).
Sumber lain menjelaskan, Victor dibunuh di Siria Romawi pada pemerintahan Marcus Aurelius (170-an SM). Ada juga teks hagiografi Romawi lain yang tidak setuju dengan sumber pertama dan menyatakan bahwa Victor meninggal di Damaskus. Sumber tambahan lain seperti sumber Koptik justru menyatakan ia meninggal di Antiokhia. Sumber Barat berbeda lagi, Victor meninggal pada masa pemerintahan Antoninus atau Kaisar Diokletianus.
Terlepas dari kapan persis Victor itu hadir atau menjadi martir. Pastinya kisah Corona bermula ketika Victor ditahan dan diperhadapkan di sidang anti-kekristenan. Dilansir Aletia.org, Corona tercatat dalam Martyrologi Romawi dan Hagiografi Gereja. Dalam karya biografi Gereja itu, dikisahkan Corona dalam usia 16 tahun, bertemu Victor. Kisah itu menjelaskan Victor seorang prajurit Kristen yang setia. Ia tak pernah lalai menunaikan kewajiban kekristenannya.
Saat itu, ada kebijakan anti-Kristen di Kekaisaran Romawi. Kaisar yang berkuasa mengeluarkan serangkaian maklumat yang mencabut hak hukum umat Kristen. Ia meminta agar mereka mengikuti praktik-praktik paganisme. Kaum klerus diperintahkan untuk mempersembahkan kurban kepada para dewa-dewi Romawi.
Victor, seorang prajurit yang sangat taat pada imannya. Ketaatan ini dibuktikan ketika dirinya ditangkap dan disidangkan di hadapan Sebastian, hakim bengis, pembenci orang Kristen. Meski berbagai desakan agar Victor melepaskan imannya, prajurit ini menolak. Sampai akhirnya ia diikat pada dua pilar dan dicambuk sampai kulitnya terlepas dari dagingnya. Tak puas begitu saja, Sebastian meminta agar dua biji mata Victor dicungkil. Melalui semua ini, Victor tak pernah menyangkal Kristus sampai ajal menjemputnya.
Perintah Kristus
Corona, gadis penuh keibuan yang saat itu berdiri tak jauh dari ruangan penyiksaan Victor. Dalam tulisan, J. Philips, Victor and Stephanie (Corona), acta santorum: Ed Novissima (1866) vol. 16, hlm. 265, ditambahkan informasi tentang Corona. Saat itu, Corona adalah isteri seorang prajurit Romawi yang anti-kekristenan. Dia sudah menganut agama Kristen tanpa sepengetahuan sang suami.
Maka ketika melihat Victor yang dalam keadaan sakratul maut, batin Corona tersiksa. Ia tak ingin tinggal diam kala sesama saudaranya mengalami siksaan. Ia ingin mewujudkan pesan Kristus, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” (Gal. 5: 14).
Dengan langkah penuh keberanian, gadis itu maju mendekati Victor dan para prajurit Romawi. Ia melewati kerumunan orang dan memutuskan membantu Victor. Seperti Veronica yang mengusap wajah Yesus, Corona mengambil sehelai kain dan mengusap darah Victor yang telah mengering. Ia tidak gentar akan ratusan mata para kaum pagan yang melotok dendam kepadanya. Ia menerobos barisan para prajurit yang berbadan kekar hanya untuk mengatakan kepada semua orang, “Saya seorang pengikut Kristus.”
Sambil memeluk saudara seimannya itu, Corona berlutut, mengatupkan jari-jarinya dan menengadah ke langit. Ia berdoa bersama Victor hingga prajurit itu meninggal dalam damai. Usai berdoa, Corona berdiri di tengah-tengah keramaian orang-orang anti-Kristus itu dan memaklumkan kekristenannya.
Mendengar itu, Sebastian menjadi murkah. Ia marah karena gadis manis itu tidak menghargai otoritasnya. Sejak itu, Corona dimasukkan dalam penjara dan disiksa. Konon, ketika dipenjarakan, suaminya lantas menikah lagi dengan seorang wanita pagan. Corona menjalani ragam siksaan. Tangan dan kakinya diikat ke puncak dua pohon palem. Atas isyarat Sebastian, empat ujung tali pada kaki dan tangan yang terikat pada dua ujung pohon itu pelan-pelan ditarik. Ujung dua pohon itu ditarik ke kiri dan kanan kemudian dilepaskan hingga kaki dan tangan Corona terkoyak parah.
Goyangan pohon pelem itu membuat tubuhnya seketika tercabik-cabik. Corona paham betul, ajalnya telah tiba. Maka, dengan lantang ia berseru, “Aku pengikut Kristus, hari ini, esok dan selamanya. Aku tidak takut mati, apalagi mati di tangan orang berdosa.” Sesuai sumber Kekristenan Romawi Kuno yang dikutip dari www .santiebeati,it, Corona dan Victor meninggal pada tahun 160 SM. Soal tempat kemartirannya hingga saat ini masih dalam perdebatan para ahli martyrologi dan hagiografi.
Makhota Abadi
Corona dalam bahasa Latin yaitu mahkota. Kendati demikian, banyak tradisi dari Gereja Barat maupun Gereja Timur punya banyak pandangan tentang gadis cantik ini. Dalam tradisi Gereja Katolik Ritus Timur, khususnya wilayah Austria dan Bavaria bagian Timur, Santo Victor dan Corona sebenarnya didedikasikan sebagai pelindung para tentara Kristen saat di Perang Salib (Abad 11-17).
Ada juga sumber lain dalam Ritus Barat, catholicpilgrimageph.com dengan mengutip tradisi populer di wilayah gereja lokal Anzu, Italia, menjelaskan bahwa Corona dianggap sebagai pelindung bagi praktik sihir yang berniat memperkaya diri atau pelindung masyarakat yang sakit karena wabah akibat sihir dan ilmu hitam.
Mungkin inilah alasan di Kota Anzu, Propinsi Veneto, Italia, ada Basilika St. Victor dan Corona (Santuario dei Santi Vittore e Corona) yang didirikan sejak abad IX. Masyarakat setempat percaya, Santa Corona adalah pelindung orang-orang yang tertular pandemik tertentu. Misal, tahun 1347-1351, pernah terjadi di Eropa Wabah Hitam (black death) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa, termasuk Italia. Masyarakat Veneto melayangkan doa kepada Tuhan lewat Santa Corona. Banyak mukjizat kesembuhan terjadi dalam basilika ini.
Pelindung Corona
Terkait Santa Corona sebagai pelindung pendemik juga sejalan dengan tulisan hagiographus ternama J. Dillinger dalam buku “Victor and Stephanie”, (www. goarch.org): Gereja Keuskupan Agung Ortodoks Amerika, 2011. Santa Corona dipercayai di wilayah Gereja Ortodoks Amerika sebagai pelindung bagi situasi epidemik atau pandemik tertentu.
Tulisan Johannes ini mengacuh pada praktik pagan zaman itu, dimana kepercayaan diarahkan kepada kekudusan dewa dan dewi. Bila suatu penyakit atau wabah menyerang orang-orang Kristen Romawi, maka keluarga Corona tampil untuk membantu. Corona juga memiliki keistimewaan untuk melayani orang-orang yang terkena wabah penyakit.
“Gereja percaya bahwa Santa Corona adalah pribadi yang istimewa. Terlepas dari ragam perdebatan terkait dirinya, Gereja mengakui kabajikan hidupnya sebagai pelindung pandemik. Tidak salah bila Gereja mengakuinya sebagai pelindung orang-orang yang terkena virus covid-19,” tulis Uskup Vittorio Veneto Mgr. Corrado Pizzioli seperti dilansir CNA.
Kini, Basilika Santo Victor dan Santa Corona di Anzu menjadi tempat doa bagi keluarga yang kehilangan anggotanya karena covid-19. Intensi utama agar virus ini bisa berhenti dan terbebas dari wilayah di Mediterania ini. Hal yang sama terjadi di Rumah Sakit Santa Corona di Provinsi Savona. Rumah Sakit ini hanya fokus merawat para korban covid-19. Dikutip crux.org, sekitar 200-an orang yang dirawat di RS. Santa Corona yang dinyatakan sembuh. Ada keistimewaan di tempat ini sepanjang hadirnya pandemik ini di Italia yaitu setiap pagi ada doa khusus kepada Santa Corona.
Proses kanonisasi Santa Corona dimulai pada masa Paus Yohanes XV sekitar tahun 993. Proses ini baru rampung dan dinyatakan kudus bersama Victor pada masa Paus Gregorius IX (1227-1241). Dalam tradisi Gereja Barat, pesta Santa Corona dan Santo Victor dirayakan pada 14 Mei.
Yusti H. Wuarmanuk